Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi sebesar 0,12% ke posisi 6.334,84 pada perdagangan akhir pekan lalu. Dengan demikian IHSG selama sepekan lalu naik sebesar 0,41% dari posisi 6.308,95 pada posisi penutupan pekan sebelumnya.
Untuk hari ini, beberapa analis memiliki pandangan yang beragam terkait potensi pergerakan IHSG. Direktur Riset Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memprediksi IHSG berpotensi untuk berbalik naik (rebound) setelah selama dua hari perdagangan secara berturut-turut terkoreksi.
“Momentum koreksi wajar masih dapat terus dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan pembelian, mengingat pola uptrend jangka panjang masih terlihat dalam pergerakan IHSG, hari ini IHSG berpotensi naik di kisaran 6.296 sampai 6.448,” kata prediksi William dalam risetnya hari ini, Senin (16/9).
(Baca: Harga Saham Tambang Rontok, IHSG Turun 0,12%)
Menurut dia, pola pergerakan IHSG hingga saat ini masih menunjukkan pola gerak konsolidasi. Rilis data perekonomian tentang neraca perdagangan Indonesia diperkirakan akan turut memberi warna terhadap pola gerak IHSG hari ini.
Beberapa saham yang dapat menjadi fokus investor hari ini menurut William di antaranya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Alam Sutra Realty Tbk (ASRI), dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Sementara itu Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memiliki pandangan yang berbeda. Secara teknikal dia memprediksi ada potensi hari ini IHSG melanjutkan laju koreksinya dari Kamis (12/9) pekan lalu.
(Baca: Volume Penjualan Merosot, Harga Saham Dua Emiten Semen Anjlok)
“Secara teknikal kami melihat IHSG saat ini memiliki peluang bergerak mix cenderung melemah (turun) dan akan ditradingkan pada level 6.310 sampai 6.367,” ujar Nico dalam risetnya hari ini. Menurunya, pasar cenderung konservatif menjelang rilis data neraca perdagangan.
Hal ini menunjukkan adanya antisipasi terhadap data-data yang tidak sesuai ekspektasi. “Kami melihat IHSG masih berpotensi tertekan dalam pekan ini, (salah satunya) karena kinerja saham emiten rokok cukup tertekan selama beberapa minggu terakhir karena rencana kenaikan cukai hasil tembakau sebesar 23% pada Januari dan kenaikan harga eceran 35%,” terang Nico.
Beberapa saham yang dia rekomendasikan kepada investor untuk perdagangan hari ini di antaranya PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI). Nico memprediksi beberapa proyek dapat terealisasi pada kuartal III dan IV tahun ini meski dia pesimistis taget kontrak baru Rp 30 triliun ADHI dapat tercapai.
Kemudian PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang baru saja merealisasikan pembangunan 19.000 BTS baru. “Hingga saat ini EXCL telah membukukan 85% dari proyeksi target penjualan kami di 2019. Namun ekspansi yang cukup masif tersebut kami memproyeksikan laba bersih masih tertekan hingga akhir tahun ini,” kata Nico.
(Baca: XL Enggan Tanggapi Kabar Merger dengan Tri)
Terakhir, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) yang menargetkan bisa mengekspor 1.000 ton pakan ternak ke Timor Leste sampai akhir tahun ini. Menurut Nico, ekspansi pasar JPFA untuk memperluas pasar ekspor akan memberikan potensi terhadap peningkatan penjualan dan kontribusi ke pendapatan penjualan perusahaan.
Sentimen yang Akan Mempengaruhi Laju IHSG
Secara fundamental, beberapa sentimen yang akan menjadi perhatian investor hari ini di antaranya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung pekan ini. Sejauh ini beberapa pejabat The Fed masih terbagi menjadi dua kubu, satu yang memiliki pandangan hawkish dan satu lagi memiliki pandangan dovish.
Kubu hawkish menilai konsumsi di Amerika Serikat (AS) masih kuat, tingkat pengangguran rendah, dan pertumbuhan gaji cukup baik. Sebaliknya, kubu dovish menilai awan mendung menyelimuti ekonomi AS saat ini karena sektor manufaktur mulai resesi, serta perang dagang dengan Tiongkok yang masih belum terselesaikan.
Dua kubu ini akan saling mempengaruhi The Fed yang akan menentukan kebijakan suku bunga acuannya. Ketua The Fed Jerome Powell sudah berkali-kali menegaskan dia tidak akan tergesa-gesa menurunkan suku bunganya karena masih melihat pasar tenaga kerja yang kuat dan stabilitas harga di AS.
(Baca: Kenaikan Tinggi Cukai Rokok Diramal Berefek Negatif di Bursa Saham)
Kemudian, harga minyak dunia diprediksi akan mengalami kenaikan pascaserangan pesawat tanpa awak (drone) terhadap kilang minyak milik perusahaan energi Arab Saudi, Saudi Aramco. Akibatnya Saudi Aramco kehilangan produksi sekitar 5,7 juta barel per hari. Diperkirakan baru akan kembali normal beberapa minggu mendatang.
Dari Hong Kong, aksi demonstrasi di sana masih cukup panas dan diperkirakan akan memanas dalam beberapa hari kedepan, diperkirakan masih akan mempengaruhi laju bursa Hang Seng dan bursa Asia lainnya, termasuk IHSG.
Sementara dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan merilis data neraca perdagangan Indonesia untuk periode Agustus 2019. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Bloomberg, ekspor diprediksi kembali tertekan, sedangkan pertumbuhan impor sedikit melambat. Sehingga neraca perdagangan diprediksi akan kembali defisit pada periode tersebut.
(Baca: Terbuka Peluang Kesepakatan AS-Tiongkok, Bursa Saham Dunia Menghijau)