PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatat rugi bersih pada semester I 2019 mencapai Rp 1,45 triliun. Kinerja tersebut berbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 485,54 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan pada Jumat (30/8), kerugian terjadi akibat menurunnya pendapatan dan meningkatnya beban perseroan. Pada semester I 2019, pendapatan Lippo Karawaci turun dari Rp 5,33 triliun pada semester I 2018 menjadi Rp 5,3 triliun. Sementara beban pokok naik 12,9% dari Rp 2,86 triliun menjadi Rp 3,23 triliun.
Perseroan menjelaskan, penurunan pendapatan terjadi karena terdapat penjualan tanah pada semester I 2018 senilai Rp 450 miliar. Adapun jika mengeluarkan komponen penjualan tanah tersebut, pendapatan perseroan sebenarnya masih tumbuh 8,5% dibanding periode yang sama tahun ini.
(Baca: KPPU Selidiki 19 Gedung Grup Lippo Terkait Dugaan Monopoli OVO)
LPKR bahkan mencatatkan pendapatan berulang (recurring income) pada semester I 2019 tumbuh 15,1% dari Rp 3,74 triliun menjadi Rp 4,31 triliun. Hal itu ditopang dari kenaikan pendapatan dari bisnis rumah sakit, seperti PT Siloam Hospitals Tbk (SILO) sebesar 18,5% menjadi Rp 3,37 triliun dari Rp 2,84 triliun.
Namun dengan kenaikan beban yang lebih tinggi, laba bruto Lippo Karawaci pada enam bulan pertama tahun ini tercatat turun 16,5% dari Rp 2,39 triliun pada semester I 2018 menjadi Rp 1,99 triliun.
Perseroan juga mencatatkan rugi usaha sebesar Rp 874,55 miliar, berbanding terbalik dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 747,4 miliar. Penyebabnya, pendapatan dari pos penghasilan lainnya perseroan anjlok, sedangkan beban lainnya meningkat.
(Baca: KPPU Curigai Monopoli Pembayaran Parkir di 150 Properti)
Lippo Karawaci mencatat pendapatan dari pos penghasilan lainnya anjlok 77,7% dari Rp 1 triliun menjadi Rp223,3 miliar, sedangkan beban lainnya tercatat Rp 1,22 triliun, sedangkan tahun lalu hanya Rp 754,9 miliar.
Dalam keterangan resmi perseroan, CEO Lippo Karawaci John Riady berharap bisnis properti di semester II 2019 ini bisa mulai membaik. Harapannya tersebut seiring berakhirnya Pemilihan Presiden (Pilpres), di mana petahana Joko Widodo kembali menjabat di periode keduanya ini.
"Serta, kebijakan yang kondusif terhadap pasar properti bersamaan dengan pemangkasan suku bunga," kata John.