PT Gudang Garam Tbk (GGRM) hingga kini belum tertarik merambah bisnis rokok elektrik (e-cigarette). Menurut Direktur Gudang Garam Heru Budiman, harga rokok elektrik masih terlalu mahal ketimbang rokok tembakau.
Sehingga perusahaan yang berpusat di Kediri, Jawa Timur ini masih melihat perkembangan industri rokok elektrik. "Apakah Gudang Garam akan masuk ke industri ini? Sementara jawabannya, kami hanya memantau saja," kata Heru saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (27/8).
Lebih lanjut Heri mengatakan, rasa rokok elektrik yang tengah digandrungi oleh beberapa kalangan juga tidak sama dengan rokok tembakau. Sehingga Gudang Garam masih fokus pada bisnis rokok tembakau. "Apakah rokok elektrik sama dengan rokok? Kalau saya, jawabnya tidak sama dengan rokok," kata Heru.
(Baca: BPS: Rokok Jadi Faktor Penyumbang Kedua Kemiskinan Penduduk)
Per semester I 2019 lalu, Gudang Garam berhasil mencatatkan volume penjualan rokok tembakau sebanyak 46,6 miliar batang. Catatan tersebut tumbuh 14,8% dibandingkan dengan penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 40,6 miliar batang.
Dari total penjualan rokok tersebut, mayoritas penjualan berasal dari rokok tipe sigaret kretek mesin full flavour (SKM FF) sebanyak 38,3 miliar batang pada semester I 2019, naik 15% dari periode yang sama 2018 sebanyak 33,3 miliar batang. Rokok yang termasuk SKM FF adalah Gudang Garam Filter, Gudang Garam Signature, Surya, maupun Surya Pro.
Kontribusi berikutnya pada penjualan rokok Gudang Garam disumbang oleh Sigaret Kretek Mesin Low Tar Nikotin (SKM LTN) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang masing-masing menyumbang penjualan sebanyak 4,2 miliar batang pada enam bulan pertama tahun ini.
(Baca: Tunggu Kepastian Cukai, Harga Rokok Diprediksi Tak Akan Naik)
Lebih rinci, SKM LTN tercatat mengalami pertumbuhan penjualan sebesar 31% dibandingkan pada periode enam bulan pertama tahun lalu sebanyak 3,2 miliar batang. Beberapa produk SKM LTN milik perseroan seperti Surya Pro Mild dan GG Mild.
Sementara, SKT pada semester I 2019 tercatat mengalami pertumbuhan tipis sebesar 2,4% dibandingkan pada semester I 2018 yang hanya tercatat sebanyak 4,1 miliar batang. Beberapa merk jenis rokok SKT ini seperti Sriwedari, Djaja, maupun Gudang Garam Merah.