Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat utang PT Agung Podomoro Land Tbk menjadi idBBB dengan outlook credit watch. Ini seiring risiko gagal bayar utang di tengah saldo kas perusahaan yang tidak mencukupi dan terbatasnya ruang untuk menarik utang baru.
Mengutip laporan keuangan Agung Podomoro Land per akhir Juni 2019, perusahaan tercatat memiliki kewajiban jangka pendek sebesar Rp 6,18 triliun. Dari jumlah tersebut, kewajiban terbesar berupa uang muka penjualan dan pendapatan diterima di muka, bagian yang direalisasikan dalam satu tahun yaitu sebesar Rp 1,95 triliun.
Kemudian, utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun sebesar Rp 1,61 triliun, dengan Rp 1,36 triliun jatuh tempo tahun ini. Selanjutnya, utang lain-lain ke pihak ketiga Rp 1,05 triliun dan utang usaha kepada pihak ketiga Rp 737,91 miliar.
(Baca: Agung Podomoro Terancam Gagal Bayar Utang, Pefindo Turunkan Peringkat)
Kewajiban besar lainnya yaitu utang obligasi jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun Rp 549,25 miliar. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 451 miliar jatuh tempo tahun ini. Dengan triliunan kewajiban yang memburu setahun ini, kas dan setara kas tercatat hanya Rp 666,68 miliar.
Analis Pefindo Yogie Perdana menyatakan perusahaan memiliki strategi untuk memitigasi risiko gagal bayar, termasuk melalui pembiayaan kembali atau refinancing atas utang-utangnya yang segera jatuh tempo. Namun, risiko tetap ada.
Ia menyatakan Pefindo bakal mengawasi rencana refinancing perusahaan developer properti tersebut dalam satu sampai dua bulan ke depan. Jika kondisi Agung Podomoro Land dinilai belum aman dan risiko gagal bayar utang meningkat, tidak menutup kemungkinan Pefindo menurunkan kembali peringkat emiten berkode bursa APLN tersebut.
“(Peringkat) bisa saja langsung ke non-investment," kata Yogie di kantornya, Jakarta, Kamis (15/8).
Pefindo menurunkan peringkat utang Agung Podomoro Land dari yang sebelumnya idA- menjadi idBBB dengan outlook direvisi menjadi credit watch dengan implikasi negatif. Revisi outlook untuk mengantisipasi peningkatan ketidakpastian terkait kemampuan keuangan perusahaan.
Keputusan tersebut dengan mempertimbangkan fleksibilitas keuangan perusahaan yang terbatas untuk refinancing utang jangka pendeknya. "Mengingat leverage keuangan yang tinggi yang memberi sedikit ruang bagi Agung Podomoro untuk menarik utang baru, serta terbatasnya aset yang belum dijadikan jaminan oleh perusahaan," kata Yogie.