Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berada dalam periode penurunan alias bearish sepanjang Agustus 2019 ini. Hal tersebut berdasarkan Katadata Market Sentiment Index (KMSI) yang dirilis pada Rabu (7/8), di mana probabilitas untuk menguat alias bullish mendekati nol.
Masih bearish-nya IHSG selama sebulan kedepan disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat pada triwulan II 2019 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, serta memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05% pada kuartal II 2019. Capaian tersebut lebih lambat dibandingkan pertumbuhan periode yang sama 2018 yang sebesar 5,27%. Secara kumulatif, ekonomi pun hanya tumbuh sebesar 5,06%, masih jauh di bawah target 5,3% tahun ini.
Sementara itu, di sektor riil masih terus berjuang untuk mencatatkan pertumbuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di triwulan II 2019, penurunan tahunan terbesar terjadi di industri barang logam sebesar 21,46% dan industri karet & plastik sebesar 15,30%.
(Baca: Investor Asing Jual Saham Rp 2 Triliun, Korban Terbesar 3 Bank Kakap)
Bank Indonesia (BI) menurunkan tingkat suku bunganya 7-day Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang melambat. Pada akhir Juli, bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), memangkas tingkat suku bunga ke kisaran 2%-2,25%.
Investor pun menantikan BI untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga mengikuti pemangkasan yang dilakukan The Fed. Pemangkasan tingkat suku bunga diharapkan dapat meningkatkan optimisme dan kepercayaan diri investor untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.
Dengan pemangkasan suku bunga, diharapkan dapat menjadi momentum bagi perusahaan-perusahaan di sektor riil pada triwulan III 2019 intik dapat menarik minta investor berinvestasi di sektor ini. Termasuk industri-industri lainnya seperti logam dan karet & plastik.
Selain itu memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terus mengganggu perekonomian global. Utusan kedua negara raksasa ekonomi dunia tersebut bertemu pada akhir Juli lalu, tapi tidak menghasilkan kesepakatan yang signifikan.
(Baca: Sempat Anjlok 2,4% di Awal Perdagangan, IHSG Ditutup Turun 0,91%)
International Monetary Fund (IMF) pun memperingatkan, bila perang dagang terus berlanjut dapat menimbulkan gejolak keuangan karena perang dagang menekan konsumen dan pebisnis. Akibatnya, IMF juga mengurangi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2019 menjadi 3,2% dari perkiraan sebelumnya di bulan Januari sebesar 3,3%.
Berangkat dari kondisi yang ada, pertumbuhan ekonomi nasional yang stagnan dan perlambatan ekonomi dunia, maka IHSG diprediksi belum beranjak dari periode “bearish”. Tentunya, banyak yang berharap agar ekonomi dapat pulih dan periode “bullish” dimulai.
IHSG Juli Naik Tipis 0,5% Secara Bulanan
Ada pun, sepanjang Juli 2019, IHSG bergejolak sepanjang bulan yang akhirnya ditutup pada level 6.391 pada akhir Juli. Level IHSG pada bulan lalu sebenarnya mampu naik tipis 0,5% dari bulan sebelumnya yang berada di level 6.359. Bahkan, IHSG Juli 2019 tercatat naik 7,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 5.936.
Peningkatan tipis IHSG pada Juli lalu, didorong oleh sektor industri dasar dan kimia yang naik hingga 7,73% dibandingkan posisi Juni 2019. Peningkatan sektor ini disebabkan oleh lonjakan drastis sebesar 361% di salah satu perusahaan di sektor ini, yaitu PT Pelangi Indah Canindo Tbk (PICO).
(Baca: Imbas Perang Dagang, Pengusaha Khawatir Menghantam Ekspor Manufaktur)
Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sempat mencurigai kenaikan drastis tersebut sebagai pergerakan tidak wajar (UMA) dan sempat memberikan suspensi. Namun, suspensi tersebut telah dicabut pada 1 Agustus dan saham PICO dapat kembali diperdagangkan.
Meski demikian, sektor industri dasar dan kimia juga didukung saham lain seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang menunjukkan performa bagus. Sentimen positif TPIA di pasar saham disebabkan perusahaan baru saja mendapatkan investasi senilai US$2,5 miliar dari perusahaan asal Uni Emirat Arab.
Selain sektor industri dasar dan kimia, sektor properti juga tercatat menopang kenaikan IHSG pada Juli 2019. Sektor tersebut meningkat 2,28% dibandingkan akhir Juni 2019. Diikuti oleh sektor Perdagangan yang juga menguat pada Juli sebesar 1,55% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sektor pertambangan kembali mengalami koreksi terdalam pada Juli sebesar 4,64% dibandingkan Juni 2019. Harga batu bara yang turun, cukup memukul industri ini. Dari Januari-Juli 2019, harga batu bara telah merosot 24,81%. Penurunan harga tersebut memengaruhi kondisi keuangan perusahaan-perusahaan pertambangan dan menjadi perhatian investor.
(Baca: Terkoreksi Sejak Awal Bulan, IHSG Hari ini Berpeluang Bangkit Naik)
Selain sektor pertambangan, sektor aneka industri juga terkoreksi sepanjang Juli 2019 ini sbesar 4,13% dibandingkan dengan Juni 2019. Diikuti oleh sektor agrikultur yang pada periode tersrbut turun sebesar 3,32% dari posisi akhir Juni 2019.
Katadata Insight Center (KIC) adalah unit bisnis dari Katadata, dengan spesialisasi riset dan data analisis. Didukung oleh tim yang berpengalaman dalam pembuatan dan penulisan produk-produk riset berkualitas dalam beragam bentuk. Laporan Katadata Market Sentiment Index (KMSI) selengkapnya bisa diunduh melalui tautan ini.