Bursa Efek Indonesia (BEI) siap meluncurkan dua indeks baru pada 12 Agustus mendatang, yaitu IDX Value 30 dan IDX Growth 30, yang keduanya merupakan saham pilihan dari IDX 80. BEI pun telah mengumumkan konstituen dari masing-masing indeks berdasarkan beberapa pertimbangan.
Kepala Unit Pengembangan Produk 1 BEI, Kautsar Nurahmad mengatakan, konstituen kedua indeks tersebut akan dievaluasi setiap enam bulan sekali yaitu pada akhir April dan Oktober.
"BEI bakal menggunakan metode caped free float adjusted market capitalization weighting. Pada saat evaluasi, bobot tiap saham pada indeks dibatasi paling tinggi 15%," katanya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (6/8).
Sebelumnya, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi pernah mengatakan, kedua indeks ini diharapkan diminati untuk menjadi underlying atau benchmark bagi pengelolaan dana, khususnya yang dikelola secara pasif untuk menyerupai kinerja dari kedua indeks tersebut.
(Baca: Mayoritas Kinerja Emiten LQ45 Melambat di Triwulan II 2019)
"Mudah-mudahan setelah peluncurannya, akan ada manajer investasi atau penerbit ETF (Exchange Traded Fund) yang memanfaatkan indeks itu sebagai underlying dari pengelolaan portofolio dana nasabah," kata Hasan ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Senin (29/7).
Saat ini pihak Bursa sudah mulai melakukan pembicaraan dengan beberapa pengelola manajer investasi maupun calon penerbit ETF. Mereka sudah mulai melakukan proses back testing dan melihat kinerja ke belakang dari dua indeks yang baru tersebut.
Klasifikasi Saham IDX Value 30 dan IDX Growth 30
IDX Value 30 merupakan saham pilihan dari IDX 80 yang mewakili 30 perusahaan yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang baik. Pemilihan saham di indeks ini akan mempertimbangkan faktor price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) yang tergolong rendah.
Lima konstituen IDX Value 30 dengan bobot terbesar untuk indeks baru ini yaitu saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan bobot sebesar 14,9%, PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan bobot 13,3%, lalu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berbobot 11,3%, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan bobot 11,0%, dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang berbobot 7,6%.
(Baca: Belum Penuhi Porsi Saham Publik Minimal, BEI Suspensi AirAsia)
Ada pun secara sektoral, sektor finansial menjadi sektor dengan bobot terbesar di indeks ini yaitu sebesar 25,9% di mana ada 7 emiten yang masuk dalam indeks tersebut. Lalu, sektor pertambangan mengikuti dengan bobot 20,5% yang berasal dari 8 emiten.
Sementaram IDX Growth 30 merupakan saham pilihan dari IDX 80 namun, berkebalikan dengan indeks yang sebelumnya. Pada indeks ini, yang akan masuk adalah 30 saham memiliki PER dan PBV paling tinggi. Sehingga, saham-saham yang berada di indeks ini, merupakan saham yang cukup mahal.
Lima konstituen IDX Value 30 dengan bobot terbesar untuk indeks ini yaitu saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan bobot sebesar 15,2%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan bobot 15%, lalu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berbobot 14,9%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan bobot 8,1%, dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) yang berbobot 5,4%.
Secara sektoral, sektor finansial masih menjadi sektor dengan bobot terbesar di indeks ini yaitu sebesar 40,1% di mana ada 7 emiten yang masuk dalam indeks tersebut. Lalu, sektor industri dasar dan kimia mengikuti dengan bobot 26,9% yang berasal dari 8 emiten.
(Baca: BEI Luncurkan Indeks IDX80, Saham Free Float jadi Faktor Penilai)