Aksi jual mewarnai perdagangan di bursa saham Asia pada Selasa (6/8) pagi. Indeks di bursa saham Asia, termasuk Indeks Harga saham Gabungan (IHSG), anjlok mengekor indeks di bursa saham Amerika Serikat (AS).
Saat berita ini ditulis, indeks Nikkei 225 dan Topix di Jepang turun masing-masing 2,03% dan 1,85%. Begitu juga Hang Seng di Hong Kong turun 2,18%, dan CSI 300 di Tiongkok turun 2,17%. Indeks di negara berkembang juga terkoreksi, tercermin dari MSCI Asia Pacific yang turun 2,31%.
IHSG sempat menyentuh level 6.022 atau turun 2,48% dari posisi penutupan kemarin. Meskipun, saat berita ini ditulis, pelemahannya sedikit menyusut. IHSG berada di posisi 6.070, turun 1,7% dibandingkan penutupan kemarin.
(Baca: Rupiah Tembus 14.300/US$ Akibat Pelemahan Yuan dan Ekonomi RI Melambat)
Mengacu pada data RTI, investor asing membukukan penjualan bersih Rp 391,32 miliar di keseluruhan pasar, sejauh ini. Ini melanjutkan penjualan bersih Rp 1,09 triliun, kemarin, yang menyebabkan IHSG jatuh 2,6%.
Tekanan di bursa saham global terjadi seiring langkah investor mengantisipasi perang dagang AS Tiongkok dan risiko perang mata uang. Khusus di dalam negeri, tekanan di bursa saham dinilai juga terdampak oleh sentimen negatif terhadap data ekonomi.
“Kecemasan perang dagang AS dan Tiongkok diperkirakan masih memberikan sentimen negatif, apalagi data ekonomi Indonesia di bawah ekspektasi,” demikian tertulis dalam analisis PT Valbury Sekuritas Indonesia, Selasa (6/8).
(Baca: Investor Cari Aset Aman, Harga Emas Dunia Menanjak)
Di tengah potensi aksi jual saham oleh investor untuk ambil untung, Analis MNC Sekuritas Edwin Sebayang merekomendasikan saham di sektor logam, bank, konsumer, properti, dan infrastruktur.