Bursa saham global anjlok pada perdagangan hari ini, Senin (5/8), terdampak eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Akibat eskalasi tersebut, nilai tukar mata uang Tiongkok, yuan, jatuh hingga ke level terendahnya dalam satu dekade terakhir terhadap dolar AS.
Saham di negara-negara Asia, mengalami penurunan harian tertajam dalam 10 bulan terakhir. Jatuhnya pasar saham dipimpin oleh indeks PSEi Filipina yang anjlok hingga 2,95%, kemudian diikuti indeks Hang Seng yang terkoreksi 2,85% kemudian disusul Kospi turun 2,56%.
Kemudian indeks Strait Times turun 2,04%, Nikkei turun 1,74%, Shanghai Composite turun 1,62%, Nifty India turun 1,13%, serta KLCI Malaysia turun 1,01%. Sementara itu indeks saham Eropa STOXX 600 juga turun hingga 2%, yang melanjutkan laju penurunannya dari perdagangan Jumat (2/8) sebesar 2,5%.
Turunnya bursa saham Asia dan Eropa tersebut dipicu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengisyaratkan pengenaan kenaikan tarif sebesar 10% terhadap impor produk Tiongkok ke AS senilai US$ 300 miliar pada 1 September 2019 mendatang.
(Baca: Ekonomi Tumbuh Melambat, Hari ini IHSG Ditutup Anjlok 2,59%)
Pelaku pasar sendiri sejatinya sudah menduga perundingan dagang AS-Tiongkok akhir pekan lalu tidak akan menghasilkan kesepakatan yang signifikan. Namun mereka juga tidak menduga bahwa AS akan mengenakan kenaikan tarif 10% terhadap impor Tiongkok ke AS senilai US$ 300 miliar.
"Pasar tidak berekspektasi pada permbicaraan dagang AS-Tiongkok pekan lalu, dapat menghasilkan gagasan yang signifikan. Tapi, sangat sedikit yang menduga Presiden Trump akan mengenakan kenaikan tarif 10% terhadap Tiongkok," kata Kepala Strategi Pasar FXTM Hussein Sayed dilansir dari Reuters, Senin (5/8).
Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu, bursa saham AS juga telah merespons negatif kenaikan tarif impor yang dikenakan oleh Presiden Trump. Indeks Nasdaq turun hingga 1,32%, Dow Jones turun 0,37%, sedangkan S&P 500 turun 0,73%.
Analis dari Credit Suisse pun menyarankan agar investor mengurangi porsi ekuitas dalam portofolio investasinya di tengah ketidakpastian yang muncul akibat perang dagang antara AS dan Tiongkok yang tengah berlangsung.
(Baca: Harga Minyak Naik 3%, Dipicu Ancaman Tarif Baru Trump ke Tiongkok)
Yuan Melemah ke Level Terendahnya dalam Satu Dekade
Jatuhnya pasar saham global juga didorong oleh nilai tukar yuan terhadap dolar AS yang kini menembus level terendahnya sejak krisis keuangan 2008. Pada penutupan perdagangan hari ini, yuan melemah hingga 1,73% terhadap dolar AS menjadi 7,09 yuan per dolar.
Pemerintah Tiongkok diperkirakan akan mempertahankan nilai tukar yuan pada level tersebut bahkan dimungkinkan untuk membiarkan nilai yuan melemah lebih dalam lagi terhadap dolar AS.
"Selama beberapa tahun terakhir, Tiongkok telah menjaga renminbi (yuan) stabil, tetapi dengan TWM renminbi (indeks tertimbang perdagangan) sekarang menguji ujung bawah kisaran sejak 2017, akan menciptakan volatilitas baru," tulis ahli strategi Morgan Stanley.
Sementara itu nilai tukar mata uang Asia lainnya yang terkait erat dengan Jepang seperti won Korea (KRW) turun 1,4% terhadap dolar AS yang menjadi penurunan harian terbesar sejak Agustus 2016. Dolar Taiwan turun lebih dari 0,7%. Sedangkan yen Jepang naik 0,7% ke level tertingginya sejak penurunan flash crash pada awal tahun ini.
(Baca: RI Kalah Saing dari Vietnam Gaet Peluang Perang Dagang AS-Tiongkok)