Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 70 triliun hingga Rp 80 triliun pada semester II 2019. Ini artinya lebih besar dibandingkan realisasi pada enam bulan pertama tahun ini yang sebesar Rp 52,5 triliun. Peningkatan tersebut seiring proyeksi imbal hasil (yield) yang lebih murah, bila Bank Indonesia (BI) memangkas bunga acuan.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, peningkatan bunga acuan hingga berada di level 6% mulai November 2018, membuat penerbitan surat utang korporasi sepi mulai tahun lalu dan berlanjut ke semester I tahun ini. "Sudah recovery sebenarnya, tapi belum maksimal. Mudah-mudahan recovery-nya di semester kedua tahun ini," kata dia di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (16/7).
(Baca: Berisiko Gagal Bayar Utang, Bursa Telusuri Perubahan Pengurus Jababeka)
Kenaikan bunga acuan membuat perusahaan berpikir ulang untuk menerbitkan obligasi karena yield yang harus ditawarkan kepada investor menjadi cukup tinggi. Perusahaan pun lebih memilih untuk mencari pendanaan melalui pinjaman perbankan.
Bila proyeksi Pefindo tersebut terealisasi, maka total penerbitan surat utang korporasi berkisar Rp 122,5 triliun senilai Rp 132,5 triliun tahun ini. Adapun tahun lalu, realisasi penerbitan surat utang korporasi sebesar Rp 128,8 triiun.
Ekonom Pefindo Fikri C. Permana memperkirakan BI bakal menurunkan bunga acuan sebesar 25 basisi poin (bps) dalam Rapat Dewan Gubernur BI pekan ini. Sebab, BI memiliki ruang untuk penurunan tersebut. Terlebih, bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), juga memberikan sinyal penurunan bunga acuan.
(Baca: Pemeringkat Asing, Standard & Poor's Incar 15% Saham Pefindo)
Bila bunga acuan turun, Salyadi memprediksi, korporasi akan kembali tertarik menerbitkan surat utang dibandingkan mengambil kredit perbankan. Alasannya, suku bunga perbankan sifatnya mengambang atau floating. "Kalau sekarang turun, nanti akhir tahun bisa naik lagi kalau pinjam ke bank," katanya.
Sedangkan untuk suku bunga surat utang sifatnya tetap. Sehingga dengan suku bunga yang rendah, perusahaan penerbit akan membayar suku bunga yang rendah tersebut untuk minimal tiga tahun ke depan. Atas dasar tersebut, Salyadi meyakini perusahaan akan memilih surat utang.
Per Juni 2019, Pefindo telah menerima mandat untuk pemberian rating terkait rencana penerbitan obligasi korporasi Rp 37,12 triliun. Realisasi penerbitan kemungkinan dalam dua bulan.
Obligasi korporasi tersebut didominasi oleh perbankan yaitu Rp 10,4 triliun dari delapan perusahaan. Kemudian, perusahaan pembiayaan Rp 8,3 triliun dari tujuh perusahaan. Lalu, perusahaan yang bergerak di sektor kelistrikan Rp 3,33 triliun dari dua perusahaan.
"Ke depan, mudah-mudahan ada mandat-mandat baru yang masuk ke kami," ujarnya.