PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) yang dulu merupakan operator telekomunikasi Esia selama dua tahun berturut-turut mendapatkan Opini Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer) dari Kantor Akuntan Publik. Perusahaan bakal mengadakan paparan publik isidentil perihal tersebut pada 9 Juli 2019.
Opini disclaimer tersebut diberikan untuk laporan keuangan tahun buku 2017 dan 2018. Pada laporan keuangan 2018, KAP yang mengaudit yaitu Krisnawan, Nugroho & Fahmy menjelaskan, opini tersebut diberikan karena mereka tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit.
Salah satu bukti yang tidak cukup didapatkan oleh KAP atas restrukturisasi utang Wesel Senior dengan pokok sebesar US$ 380 juta atau sekitar Rp 5,50 triliun yang hingga saat ini belum dapat ditentukan hasilnya.
Menurut KAP tersebut, Bakrie Telecom belum berhasil memperoleh pendanaan pengganti dari para kreditur dan investor, serta upaya dan langkah-langkah perusahaan belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
(Baca: Genjot Produksi, Grup Bakrie Tingkatkan Eksplorasi Migas)
Karena hal tersebut, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) perdagangan saham Bakrie Telecom sejak 27 Mei 2019. Ada pun, harga saham Bakrie Telecom sudah berada pada titik terendah yaitu Rp 50 per saham sejak November 2012.
BEI pun meminta kepada para pemangku kepentingan memperhatikan setiap keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan. Pada 4 Juli 2019, perusahaan telah menyampaikan materi paparan publik. Dalam materi tersebut disampaikan bahwa proses penyelesaian utang kepada Wesel Senior bakal dilakukan pada triwulan IV-2019 hingga triwulan I-2020.
Bakrie Telecom menawarkan pertukaran utang Wesel Senior yang ada saat ini sesuai ketentuan PKPU. Restrukturisasi utang yang tengah dilakukan dengan menukar utang dengan Obligasi Wajib Konversi (OWK) sehingga utangnya bakal menjadi saham perusahaan dan dibayar dengan porsi tunai.
Fokus Bisnis Baru Bakrie Telecom
Secara bisnis, Bakrie Telecom bakal melakukan transformasi bisnis dengan fokus beroperasi di bisnis baru dengan investasi yang seefisien mungkin dan melalui kerja sama dengan pihak lain. Beberapa layanan yang akan ditawarkan Bakrie Telecom usai transformasi bisnis di antaranya layanan contact center services, premium acces number, serta voice & data solution untuk pelanggan korporasi, UKM, dan residensial.
(Baca: Perusahaan Tambang Grup Bakrie Bayar Utang Rp 281 Miliar)
Transformasi bisnis Bakrie Telecom dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi industri telekomunikasi saat ini. Menurut mereka, operator telekomunikasi di Indonesia saat ini mencatat pertumbuhan pendapatan dengan kontribusi utama dari pertumbuhan layanan data pelanggan prabayar. Namun, untuk layanan voice dan SMS mengalami penurunan.
Meski demikian, pertumbuhan pendapatan tersebut tidak mampu menutupi kebutuhan belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk jaringan layanan data, terutama 4G/LTE yang cukup besar. Sehingga pengembalian investasi layanan data tersebut diperkirakan tidak dapat tercapai dalam jangka pendek.
Bakrie Telecom pun memastikan aktivitas perseroan tetap berjalan seperti biasa dengan fokus pada peningkatan pendapatan dari sisi segmen korporasi, serta berupaya menemukan potensi bisnis baru. Selain itu, mereka juga terus menjalin komunikasi dengan para kreditur untuk dapat segera menyelesaikan proses restrukturisasi utang.
Tahun lalu, seperti dalam laporan keuangan, total liabilitas perusahaan mencapai Rp 16,13 triliun yang terdiri dari liabilitas jangka pendek senilai Rp 10,09 triliun dan liabilitas jangka panjang senilai Rp 6,03 triliun. Ada pun, total liabilitas Bakrie Telecom ini membengkak jika dibandingkan dengan total liabilitas pada 2010 lalu yang tercatat senilai Rp 7,16 triliun.
(Baca: Restrukturisasi Utang, Bakrie Brothers Jual Saham Baru Rp 9,3 Triliun)