PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) mendapatkan fasilitas pinjaman senilai US$ 375 juta atau setara dengan Rp 5,3 triliun (kurs: Rp 14.141 per US$) dari konsorsium perbankan. Fasilitas pinjaman yang diberikan kepada entitas anak ini, akan digunakan untuk membayar lebih awal pinjaman Fasilitas A sebesar US$ 400 juta.
Dalam keterbukaan informasi yang diunggah ke Bursa Efek Indonesia, Selasa (2/7) dijelaskan, fasilitas pinjaman ini akan jatuh tempo pada Januari 2025 mendatang. "Dampak dari penerimaan fasilitas pinjaman US$ 375 juta ini adalah untuk memperpanjang rata-rata tenor struktur utang perusahaan," tulis keterbukaan informasi yang ditandatangani oleh Direktur Tower Bersama, Helmy Yusman Santoso.
Bank-bank yang terlibat dalam fasilitas pinjaman konsorsium tersebut ialah Australia and New Zealand Banking Group Limited, CIMB Bank Berhad, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, DBS Bank Ltd., Mizuho Bank, OCBC Limited, HSBC Cabang Singapura dan UOB Limited, serta OCBC Limited bertindak selaku security agent.
Pada 28 Juni lalu, perusahaan telah menandatangani Unsecured Revolving Credit Facility tersebut, yang dikenakan margin bunga sebesar Libor +1,75% per tahun untuk kreditur luar negeri dan Libor +1,85% per tahun untuk kreditur dalam negeri.
(Baca: Tower Bersama Akan Kuasai 51% Saham Visi Telekomunikasi Infrastruktur)
Dalam siaran resminya, Helmy menilai, selama empat tahun terakhir pihaknya sukses mengakses pinjaman bank dan pasar obligasi dengan secara konsisten mendapatkan suku bunga yang murah dan jangka waktu yang lebih panjang.
"Suku bunga yang kompetitif mencerminkan risiko kredit yang rendah dan kenyamanan dari kreditur terhadap bisnis perusahaan," kata Helmy.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bisnis menara, Tower Bersama membangun aset berumur panjang hanya apabila mereka memiliki kontrak jangka panjang dan terjamin dari operator telekomunikasi berperingkat tinggi.
Helmy mengatakan, perusahaan juga mempertahankan strategi lindung nilai dengan menggunakan instrumen derivatif lindung nilai sesuai dengan jatuh tempo utang. "Kepastian kontrak kami secara signifikan mengurangi risiko dari arus kas, yang dimengerti oleh para kreditur kami,” kata Helmy menambahkan.
(Baca: Penyebab Sinyal Buruk Saat Berada di MRT Jakarta)
Direktur Utama Tower Bersama, Hardi Wijaya Liong mengatakan, perusahaannya memiliki struktur utang yang sangat kuat dengan utang jangka panjang yang telah terlindung nilai dan ketersediaan komitmen kredit yang cukup.
"Kami memiliki fleksibilitas untuk terus tumbuh secara organik, membiayai akuisisi, pembiayaan kembali utang dan meningkatkan inisiatif pengembalian untuk pemegang saham," kata Hardi.