Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Rabu (3/7) dibuka terkoreksi 0,34% menjadi berada di level 6.362,9. Laju IHSG ini masih berada di zona merah seiring waktu berjalan, tercatat pada pukul 09.15 WIB, IHSG masih berada di zona merah dengan turun 0,10% menjadi berada di level 6.378,3.
Meski IHSG melaju negatif, namun investor asing melakukan aksi beli bersih senilai Rp 11,06 miliar baik di pasar reguler maupun di pasar negosiasi dan tunai. Tercatat, volume transkasi sejauh ini sebanyak 2,36 miliar saham dengan nilai Rp 695,5 miliar dan ditransaksikan sebanyak 45.531 kali. Ada 141 saham berada di zona hijau, 99 berada di zona merah, dan 142 saham yang stagnan.
Terkoreksinya IHSG sejauh ini, sejalan dengan laju negatif bursa saham Asia lainnya. Indeks Nikkei 225 hingga pukul 09.15 WIB bergerak di zona merah dengan terkoreksi 0,6%, begitu pun dengan Hang Seng yang terkoreksi sebesar 0,1%. Sedangkan pada waktu yang bersamaan, indeks Shanghai Composite melemah 0,83% dan Strait Times juga terkoreksi 0,42%.
Sejauh perdagangan hari ini, saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) menjadi top gainers dengan menguat 8% menjadi Rp 4.860 per saham. Sementara, pada posisi top losers diduduki saham PT Timah Tbk (TINS) dengan terkoreksi 4,91% menjadi Rp 1.065 per saham.
(Baca: Sepanjang Hari Melaju Fluktuatif, IHSG Ditutup Naik Tipis 0,08%)
Terkoreksinya pasar saham sejalan dengan indeks sektoral yang mayoritas berada di zona merah hingga 09.16 WIB. Sektor Infrastruktur memimpin koreksi sebesar 0,65%, diikuti oleh sektor Tambang dan Agri yang sama-sama terkoreksi sebesar 0,31%. Meski begitu, indeks sektor Aneka Industri menguat 0,65% pada perdagangan sejauh ini.
IHSG Diprediksi Terkoreksi
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya memperkirakan secara teknikal IHSG berpeluang melemah dan ditradingkan pada level 6.352 hingga 6.410. Salah satu sentimen yang mampu mempengaruhi laju IHSG hari ini yaitu datang dari Bank Sentral Australia yang menurunkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1%.
Senada, Analis Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memperkirakan pergerakan IHSG secara teknikal masih cenderung terkonsolidasi dengan peluang pelemahan yang lebih besar. "Kami memperkirakan IHSG masih akan rentan terkena tekanan dengan support resistance 6.340-6.400," katanya dalam risetnya.
Sementara itu Kepala Riset Valbury Sekuritas Indonesia, Alfiansyah, memaparkan sentimen yang berpotensi menekan laju IHSG hari ini di antaranya pesimisme Pemerintah terhadap target pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan lebih rendah 0,1% dari target sebesar 5,3% menjadi hanya 5,2%. Bank Dunia sebelumnya juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari semula 5,2% menjadi 5,1%.
(Baca: Di Bawah Target APBN, Sri Mulyani Prediksi Ekonomi 2019 Tumbuh 5,2%)
Selain itu sentimen dari eksternal yakni rencana Amerika Serikat (AS) mengenakan tarif impor tambahan terhadap produk-produk asal Uni Eropa senilai US$ 4 miliar, serta pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa perundingan dagang AS-Tiongkok harus bisa menguntungkan AS berpotensi membuat perundingan dagang makin sulit mencapai kesepakatan.
Pasalnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping sebelumnya telah menyatakan bahwa kesepakatan dagang harus bisa saling menguntungkan, dan kedua negara yang berkonflik harus mau untuk berkompromi. "Bauran sentimen ini bisa membawa IHSG berpeluang koreksi pada perdagangan saham hari ini," kata Alfiansyah dalam risetnya hari ini.
Rekomendasi Saham Hari ini
Lanjar memberikan beberapa rekomendasi saham seperti JPFA, CPIN, MAIN, BRPT, GGRM, HMSP, dan UNVR. Sementara, Nico Demus juga memberikan beberapa rekomendasi saham untuk ditradingkan dalam jangka pendek yaitu AALI, BRPT, ICBP, BBCA, EXCL, ADRO, SRIL, ADHI, atau pun UNTR.
Sementara itu Alfiansyah merekomendasikan saham GGRM, INTP, SMGR, AKRA, CPIN, serta JPFA sebagai saham-saham yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi pilihan investasi pada perdagangan hari ini.
(Baca: Telat Sampaikan Revisi Lapkeu, Garuda Terancam Tambahan Sanksi)