Ikuti Jejak Bursa Asia, IHSG Akhir Pekan Bergerak ke Zona Merah

ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Penulis: Happy Fajrian
21/6/2019, 10.42 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) akhir pekan, Jumat (21/6), menguat 7,78 poin atau 0,12% ke posisi 6.343,48 di pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara indeks LQ45 naik 1,84 poin atau 0,18% menjadi 1.010,89.

IHSG memperkuat kenaikannya tak lama setelah perdagangan dimulai pukul 9.00 ke posisi 6.352,53 atau naik 0,27%. Namun tidak lama berselang, IHSG langsung terjun ke zona merah hingga ke posisi 6.325,12, turun 0,17%, dan pada pukul 10.00 IHSG terkoreksi makin dalam ke posisi 6.311,72.

Sementara itu bursa saham Asia pagi ini tak mampu mengikuti jejak Wall Street yang begitu bergairah merespon rencana The Fed untuk memangkas suku bunganya tahun ini. Bahkan paling cepat pada Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan.

Pada perdagangan Kamis (20/6) kemarin tiga bursa utama Amerika Serikat (AS) berakhir lebih tinggi. Indeks Dow Jones naik 0,94%, Nasdaq naik 0,8%, dan S&P 500 naik 0,95%.

(Baca: Dana Asing yang Masuk ke RI Hingga Medio Juni Capai Rp 120 Triliun)

Sedangkan pagi ini beberapa bursa utama Asia seperti Hang Seng turun 0,02%, Nikkei turun 0,2%, dan Kospi turun 0,08%. Namun Strait Times dan Shanghai Composite bergerak di zona hijau, masing-masing naik 0,12% dan 0,63%.

Kinerja bursa Asia pagi ini lebih dipengaruhi oleh kecemasan investor terhadap proses negosiasi dagang AS-Tiongkok akhir bulan ini di KTT G-20 Jepang. Dilansir dari Reuters, ekonom senior SMBC NIkko Securities, Kota Hirayama mengatakan bahwa negara-negara Asia sangat rentan terhadap konflik dagang ini.

"Sentimen dari The Fed tidak akan mampu mendorong kinerja bursa Asia selamanya, sampai tercapainya solusi untuk mengatasi perang dagang AS-Tiongkok di pertemuan G20 nanti," ujarnya.

Sementara itu kondisi geopolitik yang memanas setelah Iran menembak jatuh pesawat drone pengintai milik militer AS pada Kamis (20/6). Sebelumnya juga terjadi serangan terhadap kapal tanker di dekat Teluk Oman yang berpotensi mengganggu aliran suplai minyak dunia dan memicu kenaikan harga minyak.

(Baca: BI: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Akan Tertahan Akibat Perang Dagang)

Presiden AS Donald Trump sendiri mencoba meredam eskalasi ketegangan dengan Iran dan mengatakan bahwa dia menduga penembakan tersebut dilakukan tidak secara sengaja. Kendati demikian Trump juga memberikan peringatan, "Amerika tidak akan tinggal diam".

Pasca insiden tersebut, harga minyak mentah dunia hari ini terpantau mengalami kenaikan yang dipengaruhi oleh potensi terganggunya suplai minyak dunia karena ketegangan di timur tengah, serta potensi meningkatnya permintaan global jika The Fed menurunkan suku bunganya bulan depan.

Menurut data Bloomberg, minyak mentah jenis Brent naik US$ 0,39 atau 0,6% menjadi US$ 64,84 per barel, minyak jenis West Texas Intermediate naik US$ 0,32 atau 0,6% menjadi US$ 57,39 per barel.

(Baca: Didorong Optimisme Perundingan Dagang AS-Tiongkok, Bursa Asia Melonjak)