Nilai IPO Tahun Ini Kecil, BEI Lihat Tren Baru Perusahaan Masuk Bursa

ANTARA FOTO/APRILLIO AKBAR
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (14/6/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 22,8 poin atau 0,37 persen ke level 6.250,2.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
18/6/2019, 14.21 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, kecilnya nilai perolehan dana perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) sepanjang tahun ini merupakan hal positif. Sebab, artinya ada peningkatan kesadaran perusahaan-perusahaan kecil untuk menfaatkan pasar modal sebagai opsi pendanaan.

"Kenapa tidak menjadi besar di sini (pasar modal). Jadi, kami buka pipe untuk (perusahaan) yang sudah besar, silakan jadi besar lagi. Tapi, buat (perusahaan) yang kecil, ini kesempatan jadi besar," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (18/6).

Menurut dia, persepsi menjadi perusahaan dengan skala besar dahulu baru mencari pendanaan di pasar modal, sudah beralih menjadi pemanfaatan pasar modal untuk menjadi perusahaan yang lebih besar dari perusahaan berskala kecil. Namun, Nyoman tetap berharap perusahaan besar masih mau mencari pendapanaan melalui skema IPO di pasar modal.

"Kalau sisi nilai justru kita sangat harapkan yang besar tapi sebelum yang besar ini masuk kan fenomena perusahaan lecil yang akan besar sudah memanfaatkan pasar modal, itu tren menarik," katanya.

(Baca: BEI Pantau Saham MNCN yang Anjlok 25% Kemarin)

Nyoman mengaku, pihaknya sudah pernah melakukan presentasi kepada sekitar 46 hingga 48 perusahaan konglomerasi. Dari hasil presentasi tersebut, hampir setengahnya memberikan respons dan sebagian lainnya belum merespons.

Seperti diketahui, sudah ada 15 perusahaan yang melakukan IPO menjelang berakhirnya Semester I-2019. Berdasarkan data RTI Infokom, dana yang diraup oleh perusahaan-perusahaan tersebut mencapai Rp 2,31 triliun.

Dari jumlah tersebut, dana paling besar diraup oleh PT Pollux Investasi Internasional Tbk (POLI) senilai Rp 657,4 miliar. Perusahaan ini tercatat di BEI sejak 10 Januari lalu dengan melepas 402,11 saham atau setara 20% sahamnya ke publik di harga Rp 1.635 per saham.

Sementara, pendanaan besar lainnya dibukukan oleh PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) yang baru saja mencatatkan diri di pasar modal kemarin. Mereka melepas dua miliar saham atau setara dengan 33,33% sahamnya ke publik. Dengan begitu, mereka meraup dana dengan total Rp 350 miliar.

(Baca: Menyusul Bali United, PSSI Dorong Klub Sepak Bola Masuk Bursa dan IPO)

Berikutnya, PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) mengantongi modal senilai Rp 255 miliar dari skema IPO. Perusahaan ini mencatatkan diri pada 10 Mei lalu dengan melepas 1,7 miliar saham atau setara 20,2% saham ke publik di harga Rp 150 per saham.

Kemudian, PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) yang baru mulai go public pada 11 Juni lalu meraup dana Rp 22,4 miliar dari penjualan saham sebanyak 220 juta saham atau setara 36,6% dari total saham di harga Rp 102 per saham.

Jika dibandingkan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada periode Semester I tahun lalu, total perusahaan yang tercatat di pasar modal sebanyak 20 perusahaan. Nilai total emisi yang didapatkan oleh 20 perusahaan tersebut saat IPO senilai Rp 8,12 triliun.

Pada 2018 lalu, jumlah perusahaan yang melakukan IPO di pasar modal  mencapai 57 unit dan menjadi yang terbanyak sejak BEI diprivatisasi pada 1992. Total dana yang dihimpun oleh perusahaan yang melakukan IPO pada tahun lalu mencapai Rp 16 triliun, atau naik 68% dibanding 2017 saat hanya ada 37 perusahaan yang go public.

(Baca: Jelang Paruh Pertama 2019, 13 Perusahaan Raup Rp 1,92 Triliun dari IPO)

Reporter: Ihya Ulum Aldin