Suspensi Baru Dicabut, Harga Saham Taksi Express Langsung Anjlok 34%

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi, taksi milik PT Express Transindo Utama Tbk
Penulis: Ihya Ulum Aldin
24/5/2019, 14.43 WIB

Saham PT Express Transindo Utama Tbk (Express) akhirnya bisa diperdagangkan lagi setelah dihentikan transaksinya selama hampir satu tahun. Namun, saham pengelola taksi Express yang diperdagangkan hari ini, Jumat (24/5), langsung terkena penolakan perdagangan secara otomatris atau auto rejection setelah anjlok hingga 34,44 %.

Seperti diketahui, saham berkode TAXI ini disuspen oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 25 Juni 2018 karena telah dua kali menunda pembayaran bunga Obligasi I 2014. Berdasarkan RTI Infokom, saham Express disuspensi di harga Rp 90 per saham. Lalu, pada perdagangan hari ini, sahamnya dibuka dengan terkoreksi 22,2% menjadi Rp 70 per saham.

Sayangnya, saham Express langsung kembali terkoreksi makin dalam hingga akhirnya terkena auto rejection karena turun mendekati batas bawah auto rejection perdagangan saham. Harga sahamnya tercatat terus melaju turun hingga 34,44% menjadi Rp 59 per saham. Ada pun, volume saham yang diperdagangkan sebanyak 3,13 miliar saham yang dilakukan sebanyak 164 kali dengan nilai Rp 184,79 miliar.

Dalam aturannya, pergerakan harga saham perusahaan tercatat di pasar modal sudah diatur sesuai auto rejection atas (ARA) dan auto rejection bawah (ARB). Harga saham dengan rentang harga Rp 50 hingga Rp 200 per saham, ARA dan ARB sebesar 35%. Saham di harga Rp 200 hingga Rp 5.000, ARA dan ARB sebesar 25%. Saham yang harganya di atas Rp 5.000 batasnya 20%.

Suspen yang dilakukan terkait penundaan pembayaran bunga obligasi tersebut berupa kupon ke-15 yang jatuh tempo 26 Maret 2018 dan kupon ke-16 yang jatuh tempo pada 22 Juni 2018, masing-masing sebesar Rp 23 miliar.

Namun, untuk membayar utang tersebut, Express sudah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk konversi obligasi menjadi saham.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna sempat mengatakan, meski pembayaran obligasi sudah mendapatkan lampu hijau, baik dari RUPSLB maupun Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), namun saham Express tidak otomatis bisa diperdagangkan.

"Kalau kami membuka suspensi, tidak serta merta penyebabnya apa. Kami lihat (faktor) yang lain juga, apa bisnisnya dari sisi rencana ke depan? Kami ingin pastikan itu," kata Nyoman ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Jumat (10/5).

Untuk itu, pihak manajemen Express telah menyampaikan keterbukaan informasi pada 20 Mei 2019 di mana mereka menjelaskan mengenai bisnis mereka ke depannya.

Dalam surat yang ditandatangani oleh Corporate Secretary Express Megawati Affan, dijelaskan aset yang dijadikan sebagai jaminan obligasi bukan merupakan keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Express dijelaskan Megawati, masih memiliki aset lainnya yang dijaminankan pada utang bank dan lembaga keuangan non-bank. Aset yang  digunakan sebagai jaminan utang tersebut telah  dikembalikan seluruhnya kepada perusahaan dan anak usaha.

(Baca: Express Dapat Lampu Hijau untuk Konversi Obligasi)

Hal tersebut dilakukan seiring telah dilunasinya seluruh utang kepada lembaga keuangan non-bank sampai dengan 31 Desember 2018, sehingga mereka tetap bisa mengoperasikan armada taksi sekitar 500 unit.

Selain itu, dijelaskan juga, perusahaan akan menjalankan skema bisnis model pendapatan secara fee based dengan cara calon investor diajak bergabung membiayai armada baru dengan skema pengembalian investasi yang  menarik. Express, dalam hal ini hanya mengoperasikan kendaraan tersebut.

Nantinya, secara berkala, Perseroan akan  memberikan imbal hasil pengembalian investasi kepada investor sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian kerja sama.

Sebelumnya dengan skema yang sama, perusahaan telah menggandeng Wuling untuk dapat memanfaatkan 150 unit MPV Wuling Confero sebagai armada taksi milik mereka. Saat ini perusahaan dan anak usahanya masih terus menjajaki kemungkinan datangnya investor baru untuk bergabung dengan Express melalui skema tersebut.

Penajajakan dilakukan karena skema bisnis ini belum terasa terlalu banyak berkontribusi terhadap pendapatan perusahaan karena saat ini hanya 150 unit armada taksi yang dibiayai oleh investor.

Bila kerja sama ini dapat direalisasikan, maka Express akan mendapat tambahan armada baru secara bertahap hingga sebanyak 50 unit pada tahap awal percobaan.

Namun, dengan catatan jumlah armada baru bisa bertambah di tahun-tahun berikutnya jika kinerja Express secara keuangan dan operasional sesuai dengan ekspektasi calon investor.