Beri Diskon di HUT Kementerian BUMN, Garuda Rugi Rp 173 Miliar

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang tenaga teknik PT Garuda Maintenance Facility (GMF) melintas disamping pesawat Garuda Indonesia Explore di Hangar GMF,  Tanggerang,  Banten (2/3). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasi 24 pesawat berbadan lebar Aibus A330 sementara unit biaya rendahnya Citilink mengoperasikan 51 unit A320. 
Penulis: Ihya Ulum Aldin
22/5/2019, 09.30 WIB

Garuda Indonesia menyampaikan telah menebar diskon pada program Garuda Indonesia Online Travel Fair (GOTF) periode 31 Maret hingga 12 April 2019 lalu dalam memperingati HUT Kementerian BUMN ke-21. Rupanya, program tersebut membuat perusahaan merugi hingga US$ 12 juta atau setara Rp 173,4 miliar.

Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah menyatakan maskapainya diminta memberikan promosi 35 hingga 50 % dalam perayaan tersebut.  "Itu kami rugi," kata Pikri usai menghadiri rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Komisi VI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (21/5).

Meski pada bulan lalu Garuda merugi, namun Pikri tetap optimistis Garuda bakal mengantongi laba bersih pada triwulan kedua 2019. Bahkan, peraturan mengenai Tarif Batas Atas (TBA) yang diturunkan 15 % pun tidak membuatnya pesimistis. Namun, dia tidak menyebutkan target laba bersih Garuda.

Beberapa langkah agar target tersebut tercapai yaitu dengan melakukan efisiensi, seperti mengurangi jumlah promo tiket yang diberikan kepada penumpang. "Kami terus evaluasi. Harga promo hilang, kami kurangi. Sekarang harga rendah, promo juga dikurangi," ujarnya.

(Baca: Harga Tiket Turun, Garuda Pangkas Rute Domestik dan Internasional)

Efisiensi juga dilakukan dengan memangkas rute penerbangan yang selama ini masih merugi. Di antara rute yang terdampak adalah yang menghubungkan ke daerah-daerah seperti Bangka Belitung, Morotai, Bima, hingga kota-kota di mancanegara seperti London dan Amsterdam.

Penutupan rute ini pun mempertimbangkan biaya operasional pada penerbangan, termasuk harga avtur dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Selain itu, penurunan tarif batas atas (TBA) harga tiket sebesar 15 % juga menjadi alasan Garuda merombak rute penerbangannya.

Dihadapan Anggota Komisi VI DPR-RI, Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menjelaskan, dengan beban operasional yang terus naik, kemampuan Garuda untuk mensubsidi penerbangan ke daerah yang tidak menguntungkan menjadi terbatas. "Kami tidak bisa lagi mensubsidi dari jalur-jalur gemuk seperti Surabaya, Denpasar, Yogyakarta ke daerah-daerah yang terpencil," ujarnya,

Ada pun penerbangan ke Pulau Morotai, Maumere, dan Bima, Ari mengatakan bahwa ketiga rute tersebut juga akan dikurangi. Sebab, harga avtur di daerah terpencil jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga avtur di kota-kota besar. "Perbedaan harganya bisa sebesar 80%," ujarnya.

(Baca: Penurunan Harga Tiket Pesawat, Mayoritas Maskapai Memakai Batas Atas)

Bukan hanya soal perbedaan harga bahan bakar, namun jam operasional bandara di daerah tersebut juga terbatas hingga sekitar pukul 16.00. Dengan begitu, biaya parkir pesawat dan kru yang menyertai penerbangan tersebut harus bermalam di daerah tersebut membuat komponen biayanya membengkak.

Selain itu, Garuda Indonesia juga menutup penerbangan mancanegara yang tidak menguntungkan seperti rute Belitung-Singapura, dan Mumbai-Denpasar. Kedua rute tersebut awalnya dibuka karena Kementerian Pariwisata menjanjikan bakal memberikan subsidi sebesar Rp 8 miliar sebulan. Namun janji tersebut hingga kini belum terealisasi.

Garuda juga berencana untuk menutup penerbangan Jakarta-London karena sudah tidak memberikan subsidi dari penerbangan lain. Rencananya, mereka bakal menutup rute tersebut setelah libur musim panas. Penerbangan selanjutnya yang bakal dikurangi rutenya yaitu penerbangan Jakarta-Amsterdam dari enam kali penerbangan menjadi tiga kali saja.

(Baca: Ari Askhara, Sang Bankir yang Memimpin Garuda)

Reporter: Ihya Ulum Aldin