PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) menargetkan tahun ini dapat mengantongi laba bersih sebesar Rp 6 miliar. Beberapa strategi telah disiapkan oleh manajemen baru Indofarma untuk meraih kinerja positif tahun ini setelah pada 2018 mereka membukukan kerugian sebesar Rp 32,7 miliar.
Direktur Keuangan & SDM Indofarma Herry Triyatno mengungkapkan, perusahaan bakal melakukan berbagai kerja sama operasional (joint operation agreement) dan membentuk perusahaan patungan (joint venture). "Selain juga melakukan efisiensi dan memperbaiki sistem remunerasi," katanya di Jakarta, Selasa (7/5).
Terdapat empat produk kerja sama operasi dan lima perusahaan patungan yang akan dilakukan oleh Indofarma. Seperti, kerja sama operasi produk onkologi dengan perusahaan asal Amerika Serikat yang memiliki basis pemasaran di India. Targetnya, penandatanganan kerja sama operasi ini akan dilakukan pada Juni 2019 dan dapat mulai produksi secara komersial pada September 2021.
(Baca: Menperin: Industri Farmasi Nasional Tumbuh 4,46% Tahun Lalu)
"Obat-obatan onkologi biasanya memberikan margin lebih baik dari pada obat-obat jenis generik. Join operation ini masih pembicaraan soal skemanya," kata Herry. Dia pun menambahkan, ke depan, Indofarma bakal mengganti portofolio obat mereka dari yang saat ini 90% produk obat generik, bakal menjadi hanya 40% generik dan sisanya merupakan non-generik.
Kerja sama operasional lainnya yaitu pada peralatan medis elektromedikal. Targetnya pada Juli 2019 sudah bisa berjalan secara komersial. Kerja sama tersebut bertempat di lingkungan pabrik Indofarma yang sudah ada. Pabrik ini memproduksi dan merakit alat untuk mensterilkan sampah-sampah medis.
Selain itu, sejak tahun lalu Indofarma dikabarkan tengah menjajaki pembentukan JV dengan perusahaan asal Korea Selatan. JV ini nantinya akan membangun pabrik di Cibitung untuk memproduksi bahan medis sekali pakai. "Output-nya peralatan medis sekali pakai seperti kateter, selang untuk kebutuhan operasi," papar Herry.
Hingga saat ini, mereka masih terus melakukan beberapa pembahasan mengenai pembiayaan pembentukan JV tersebut, meski penandatanganan perjanjiannya sudah dilakukan. Herry mengungkapkan, dalam pembahasan sementara ini nantinya Indofarma akan menguasai 40% kepemilikan perusahaan patungan itu, sedangkan sisanya dikuasai perusahaan asal Korea Selatan. Pembangunan pabrik ditargetkan akan dimulai tahun ini dan akan mulai berproduksi pada 2020.
(Baca: Harga Bahan Baku Naik, Ekspor Produk Farmasi Makin Tertekan)
Indofarma juga tengah melakukan penjajakan pembentukan JV dengan pihak lainnya untuk memproduksi kosmetik. Perjanjian pembentukan perusahaan patuangannnya telah dilakukan pada pertengahan tahun lalu, namun, ditargetkan pembangunan fasilitas produksi kosmetik ini dapat dimulai pada Agustus 2019 dan mulai beroperasi setahun berselang.
Masih ada beberapa kerja sama operasional dan pembentukan perusahaan patungan yang tengah dibicarakan oleh Indofarma. Dari total 9 kerja sama tersebut, Indofarma menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai 83 miliar tahun ini untuk mendukung langkah ekspansi yang fokus pada diversifikasi portofolio obat non-generik.