Indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 92,48 poin atau 1,42% pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) awal pekan ini, Senin (22/4).
Dengan koreksi tersebut, IHSG menjadi indeks dengan kinerja terburuk kedua di antara bursa saham utama Asia setelah indeks Shanghai yang hari ini terkoreksi 1,70%. Selain itu, indeks PSEi terkoreksi 0,03%, sedangkan KLCI relatif flat dengan koreksi 0,01 poin. Indeks yang bergerak positif hari ini yaitu Strait Times naik 0,30%, Nikkei naik 0,08%, dan Kospi naik tipis 0,02%.
Total transaksi saham sepanjang hari ini nilainya mencapai Rp 11,08 triliun dari 16,04 miliar lembar saham yang ditransaksikan oleh investor sebanyak 401.866 kali. Sebanyak 282 saham berakhir di zona merah, 124 saham di zona hijau, dan 117 saham lainnya tetap.
Sepanjang sesi II ini pergerakan IHSG relatif mendatar tanpa menunjukkan tanda-tanda penguatan ataupun koreksi yang lebih dalam. IHSG sepanjang hari ini bergerak di kisaran 6.410,04 pada level terendahnya hingga 6.516,24 untuk level tertingginya yang dicapai pada saat perdagangan baru dimulai pagi ini.
(Baca: Euforia Pemilu dan Pilpres 2019 Usai, IHSG Sesi I Anjlok 1,38%)
Koreksi IHSG terutama didorong oleh saham-saham di sektor konsumer yang terkoreksi hingga 2,77%, manufaktur turun 2,69%, aneka industri 3,56%, industri dasar 1,98%, pertanian 1,57%, serta properti 1,32%. Sementara itu sektor lainnya yakni keuangan turun 0,73%, perdagangan turun 0,21%, dan tambang turun 0,12%.
Menurut statistik BEI, saham-saham yang paling signifikan mendorong koreksi IHSG di antaranya saham PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) yang turun hingga 5,23%, PT Astra International Tbk. (ASII) turun 4,14%, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) turun 2,28%, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) 2,07% serta PT Mayapada Tbk. (MAYA) yang anjlok 13,58%.
Kendati bursa terkoreksi, dana asing masih mengalir masuk ke pasar modal. Investor asing membukukan pembelian bersih saham sebesar Rp 55,27 miliar di seluruh pasar, dengan kontribusi terbesar berasal dari pasar negosiasi/tunai Rp 135,41 miliar sedangkan di pasar reguler terjadi penjualan bersih Rp 80,14 miliar.
Selain paling signifikan mendorong laju koreksi IHSG, saham HMSP juga menjadi saham yang paling banyak dilepas oleh investor asing yakni Rp 93,7 miliar, disusul PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) Rp 40 miliar, serta PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) Rp 21,9 miliar.
(Baca: Setelah PNM-IM, BTN Incar Sejumlah Aksi Akuisisi)
Sedangkan saham yang menjadi buruan investor asing hari ini yaitu saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp 132,8 miliar, kemudian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp 50,4 miliar, serta PT Wijaya Karya TBk. (WIKA) Rp 21,6 miliar.
Terkoreksinya IHSG hari ini mematahkan prediksi analis yang menilai sentimen dari Pemilu dan Pilpres 2019 masih akan mendorong penguatan IHSG. Apalagi selama sepekan terakhir sentimen tersebut telah mendongkrak IHSG sebesar 1,58%.
Berakhirnya Pilpres dinilai akan meningkatkan kepastian di pasar sehingga investor tidak lagi menunda hasratnya untuk berinvestasi di Indonesia. Namun, penguatan IHSG tersebut justru membuat investor ramai-ramai melakukan aksi ambil untung di pasar, termasuk investor asing yang melepas asetnya di pasar saham domestik walau hanya sebesar Rp 80,14 miliar di pasar reguler.