Pergerakan saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di perdagangan Bursa Efek Indonesia hari ini, Kamis (18/4), saham sektor konstruksi, menghijau. Sentimen positif pergerakan saham tersebut karena hasil hitung cepat (quick count) Pilpres 2019.
Dari hasil berbagai lembaga survei, pasangan nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, unggul dibandingkan lawannya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
(Baca: Hitung Cepat Berpihak ke Jokowi, Masih Ada Potensi Rupiah Melemah)
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, pasar memberi respons positif karena sebagai petahana, Jokowi bakal melanjutkan pembangunan yang sudah dikerjakannya selama periode pertama menjadi presiden. "Program Jokowi sangat mendukung untuk masa depan emiten-emiten ini," katanya.
Data dari RTI Infokom, pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia, saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menguat 1,69% menjadi Rp 1.800 per saham, PT PP Tbk (PTPP) naik 4,18% menjadi Rp 2.490 per saham, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menghijau 3,86% mnejadi Rp 2.420 per saham, dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) bergerak naik 2,37% menjadi Rp 2.160 per saham.
(Baca: Hasil Hitung Cepat Memenangkan Jokowi, IHSG Meroket ke Level 6.636,36)
William menilai, jika kubu lawannya, Prabowo-Sandiaga, memenangkan Pilpres 2019, saham-saham BUMN konstruksi juga bisa saja tetap menghijau. Asalkan, program pembangunan yang masif di era Jokowi sebelumnya, tetap dilajutkan oleh Prabowo. "Tapi pasar lebih berat ke Jokowi, karena sudah membuktikan di periode pertama," ujar William.
Swasta Perlu Dilibatkan di Proyek Infrastruktur
Ekonom Bank BCA David Sumual menilai, program Jokowi ke depan untuk terus menggenjot proyek-proyek infrastruktur dengan mengandalkan BUMN kontruksi, bisa menjadi beban ke perusahaan karena bakal mengganggu neraca keuangan. "Kebanyakan mengambil utang bisa berpengaruh ke kinerja perusahaan," kata David.
(Baca: Rupiah Bergerak Positif Usai Hitung Cepat Hasil Pilpres 2019)
Menurut dia, jika pemerintahan yang baru tetap ingin menggenjot infrastruktur, perlu adanya peran swasta untuk membantu dari sisi pendanaan investasi di proyek-proyek pemerintah. BUMN sebagai lokomotif, sudah banyak berperan dalam periode pertama pemerintahan Jokowi, sehingga di periode keduanya nanti swasta bisa mengikuti.
Swasta bisa didorong untuk membangun proyek-proyek di daerah yang secara finansial sudah lebih jelas (visible). "Tapi, daerah-daerah belum visible, biarkan pemerintah yang membangun," kata David.
(Baca: Hasil Hitung Cepat Sementara Memenangkan Jokowi, Pasar Respons Positif)
Jika BUMN saja yang terus digenjot melakukan pembangunan di proyek-proyek infrastruktur, dalam lima tahun ke depan, kinerjanya bisa saja menjadi negatif kecuali mendapatkan suntikan modal, misalnya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). "Infrastruktur kan balik modalnya lama," katanya.