PT Siloam International Hospital Tbk. (SILO) menganggarkan Rp 200 miliar untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Anggaran tersebut akan digunakan untuk menambah lima sampai tujuh jaringan rumah sakit baru dalam Grup Siloam.
Presiden Direktur Siloam Ketut Budi Wijaya mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan capex tersebut Siloam akan menggunakan dana kas internal perusahaan. Oleh karena itu, tahun ini Siloam putuskan untuk tidak membagikan dividen dari keuntungan tahun buku 2018 kepada pemegang saham.
"Kami memerlukan dana untuk pengembangan (rumah sakit baru). Awal tahun ini saja, kami sudah membuka dua rumah sakit baru dan masih akan menambah tiga sampai lima rumah sakit lagi," kata Ketut dalam paparan publik di Hotel Aryaduta, Tangerang, Jumat (15/3).
Pada awal tahun ini, bisnis healthcare milik Grup Lippo ini telah menambah dua jaringan rumah sakit baru yaitu di Kelapa Dua, Depok dan di Tegal Rejo, Magelang. Tahun ini mereka berencana untuk menambah lagi paling banyak lima rumah sakit baru di Ambon (Maluku), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Batu Lippo Mall (Malang, Jawa Timur), Pasar Baru (Jakarta Pusat), dan Tulungagung (Jawa Timur).
(Baca: Tumbuh 13%, Laba Bersih Lippo Karawaci Rp 695 Miliar pada 2018)
Saat ini, total jaringan rumah sakit yang dioperasikan oleh Siloam berjumlah 36 rumah sakit di seluruh Indonesia. Sedangkan tahun lalu Siloam menambah empat rumah sakit baru yaitu di Silampari (Lubuk Linggau, Sumatera Selatan), Palangka Raya (Kalimantan Tengah), Jember (Jawa Timur), dan Semarang (Jawa Tengah).
Pada kesempatan yang sama, Direktur Siloam Budi Raharjo Legowo menambahkan, selain menambah rumah sakit yang mereka bangun sendiri, mereka juga membuka peluang untuk mengakuisisi rumah sakit yang sudah ada. Hanya saja, potensi akuisisi belum diperhitungkan dalam dana capex tahun ini.
Targetkan Pertumbuhan Dobel Digit
Pembangunan rumah sakit yang dilakukan oleh Siloam memang dilakukan secara bertahap selama beberapa tahun yang lalu sesuai strategi mereka. Dengan begitu, rumah sakit yang sudah mereka operasikan tahun lalu, dapat berkontribusi positif bagi perusahaan di tahun ini.
Dengan adanya kontribusi dari rumah sakit baru tersebut, Siloam menargetkan pendapatan dan laba bersih tahun ini dapat tumbuh hingga dua digit. Sayangnya Ketut enggan menjelaskan lebih detail persentase pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan secara detail.
(Baca: Rencana Lippo Karawaci Jual Saham Mengerek Prospek Peringkat Utangnya)
Sebagai informasi, tahun lalu Siloam mencatatkan penurunan laba bersih hingga 82,7% dari Rp 93,5 miliar pada 2017 menjadi hanya Rp 16,18 miliar. Padahal, pendapatan perusahaan tumbuh hingga 12,4% dari Rp 5,3 triliun pada 2017 menjadi Rp 5,96 triliun pada 2018.
Ketut mengatakan, turunnya laba bersih mereka tahun lalu disebabkan banyaknya rumah sakit yang baru dioperasikan dalam dua tahun terakhir. "Kami banyak spent untuk non-cash, depresiasi karena penambahan rumah sakit baru," katanya.
Pengoperasian rumah sakit baru tersebut masih belum memberikan kontribusi keuntungan kepada perusahaan sepanjang 2018. Hal itu karena rumah sakit baru tersebut masih membutuhkan dana investasi yang besar. Ketut mengungkapkan, untuk mengembangkan satu rumah sakit baru, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 100 miliar hingga Rp 120 miliar.
(Baca: Skandal Meikarta yang Menggoyang Pohon Bisnis Grup Lippo)