PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) tengah mencari pendanaan senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.500/dolar) sebagai bagian dari rencana transformasi. Dana yang diperoleh ini akan digunakan salah satunya untuk mengembangkan mega proyek Meikarta dengan menyuntikan dana hingga US$ 200 juta (Rp 2,9 triliun).
Untuk memenuhi pendanaan tersebut mereka akan menambah modal dengan melakukan rights issue dengan target dana US$ 730 juta (Rp 10,6 triliun). Sisanya, melalui divestasi aset dengan target dana US$ 280 juta (Rp 4,1 triliun).
Investasi ini dilakukan terkait rencana Penawaran Umum Terbatas (PUT) anak usaha mereka yang menggarap proyek Meikarta, yaitu PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK).
Lippo Karawaci memiliki persetujuan untuk membeli berdasarkan hak yang dimiliki pro-rata 54,4% dari PUT Lippo Cikarang. Selain itu, Lippo Karawaci bertindak sebagai pembeli siaga untuk setiap hak tersisa yang tidak digunakan oleh pemegang saham lain Lippo Cikarang.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, rencana rights issue Lippo Karawaci, bakal dieksekusi pada semester pertama tahun ini. Aksi korporasi ini dijamin oleh PT Inti Anugerah Pratama (IAP) selaku pemegang saham pengendali Lippo Karawaci. Mereka akan bertindak sebagai pembeli siaga untuk setiap saham rights issue tersisa yang tidak digunakan oleh pemegang saham lainnya.
(Baca: Peringkat Utang Turun, Lippo Karawaci Optimistis Bisa Bayar Obligasi)
Hingga saat ini, sudah ada dua pihak yang menandatangani perjanjian untuk mengambil haknya dengan membeli saham. Total komitmennya senilai US$ 70 juta (Rp 1,02 triliun). Mereka adalah George Raymond Zage III melalui Tiga Investments Pte Ltd. dan Chow Tai Fook Nominee Limited melalui anak usahanya Swift Hunter Limited.
Harga eksekusi HMETD telah ditetapkan oleh Perseroan dengan harga Rp 235 setiap saham. Ada pun, rencana rights issue harus mendapat persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dijadwalkan berlangsung pada 18 April 2019 mendatang. Selain itu juga diperlukan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara, untuk divestasi aset, Lippo Karawaci bakal menjual sahamnya pada dua usaha patungan layanan kesehatan di Myanmar, yaitu 40% saham di Yoma Siloam Hospital Pun Hlaing Limited dan 35% saham di Pun Hlaing International Hospital Limited kepada OUE Lippo Healthcare Limited. Penjualan ini diharapkan menghasilkan dana segar US$ 20 juta (Rp 290 miliar) saat transaksi selesai pada semester pertama 2019.
Aset lainnya yang bakal mereka jual, yaitu komponen ritel Lippo Mall Puri dengan total nilai penjualan US$ 260 juta kepada Lippo Malls Indonesia Retail Trust. Akuisisi ini, ditargetkan selesai pada semester kedua 2019, tunduk pada persetujuan regulator, pemegang saham, dan pihak-pihak lainnya.
(Baca: BEI Akan Terus Pantau Perkembangan Kasus Suap Meikarta)
Selain untuk pengembangan proyek Meikarta, mereka bermaksud menginvestasikan dana ini untuk proyek-proyek utama yang sedang berjalan. Hingga tiga tahun ke depan, Lippo Karawaci akan menginvestasikan hingga US$ 100 juta dari penerimaan pendanaan dalam pengembangan delapan proyek utama yang saat ini sedang dibangun.
Proyek-proyek tersebut yaitu Holland Village, Millenium Village, Monaco Bay Residences, St Moritz Makassar, Perkantoran Kemang, Embarcadero, Perkantoran Lippo Thamrin, dan Holland Village Manado.
Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan dana ini untuk menurunkan rasio utang terhadap aset dalam neraca. Jumlahnya hingga US$ 275 juta (Rp 3,98 triliun) dari jumlah utang yang ada melalui penawaran tender obligasi dan pembayaran utang.
Selain itu, melalui pendanaan ini, mereka juga akan menyediakan buffer likuiditas sebesar US$ 290 juta (Rp 4,2 triliun) untuk mendanai seluruh pembayaran bunga utang dan dukungan pendapatan untuk Real Estate Investment Trust (REIT). Serta, kelebihan buffer kas sebesar US$ 25 juta (Rp 362,5 miliar) untuk modal kerja dan keperluan umum perusahaan.
(Baca: Fitch Turunkan Peringkat, Lippo Karawaci Klaim Punya Likuiditas Rp 6 T)
Lippo Karawang berkomitmen untuk mempertahankan 30,7% sahamnya di Lippo Malls Indonesia Retail Trust dengan berpartisipasi dalam rencana penggalangan modal di masa yang akan datang yang terkait dengan akuisisi Puri Mall. Hal ini diperkirakan akan membutuhkan sekitar US$ 60 juta (Rp 870 miliar) dana dari Lippo Karawaci.
Terakhir, total US$ 60 juta (Rp 870 miliar) bakal dibayarkan untuk pajak sebagai bagian dari penjualan Puri Mall dan biaya-biaya lain terkait transaksi tersebut serta kewajiban sewa REIT.