Antam Anggarkan Belanja Modal Rp 3,3 triliun untuk Ekspansi Tahun Ini

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Petugas memperlihatkan emas batangan yang ditransaksikan di Butik Emas Logam Mulia, gedung Aneka Tambang, Jakarta.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
11/3/2019, 18.57 WIB

PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 3,3 triliun untuk 2019. Anggaran tersebut naik 18,3% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 2,79 triliun.

Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito mengatakan, untuk saat ini, capex akan didanai dari kas internal perusahaan. "Kas internal kami Rp 4,29 triliun per Desember 2018. Capex bisa kami tutup dengan kas itu," kata dia saat Konferensi Pers kinerja keuangan 2018 di Jakarta, Senin (11/3).

Dari total capex tersebut, sebesar Rp 2,6 triliun akan digunakan untuk ekspansi bisnis, sebesar Rp 582 miliar untuk belanja rutin, dan sebesar Rp 162 miliar untuk beban yang ditangguhkan atau deferred expenses.

Terkait ekspansi bisnis, Dimas menjelaskan, salah satu proyek kunci Antam saat ini adalah Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH). Proyek ini telah berjalan dengan realisasi kontsruksi 92% sampai dengan akhir 2018. Direncanakan konstruksi pabrik Feronikel Haltim (Line 1) selesai pada Semester Pertama tahun ini.

Dengan selesainya pabrik yang memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 TNi ini, maka total kapasitas produksi feronikel Antam akan naik 50% dari sebesar 27.000 TNi menjadi 40.500 TNi per tahun.

(Baca: Emas Catat Rekor Penjualan, Laba Bersih Antam Naik 541%)

Pendanaan Eksternal Terkendala Rating Surat Utang

Meski dapat didanai menggunakan kas internal perusahaan, Dimas mengatakan tidak menutup kemungkinan Antam mencari pendanaan capex melalui sumber eksternal yaitu melalui penerbitan surat utang. Meski begitu, ada pertimbangan yang membuat untuk sementara belum memikirkan menerbitkan instrumen tersebut, yaitu masalah rating.

Menurut Dimas, dengan rating surat utang Antam saat ini, maka pendanaan dari pinjaman perbankan masih lebih murah dibandingkan dari penerbitan surat utang. "Rating Antam perlu di-upgrade dulu. Karena kalau surat utang dengan rating posisi Antam hari ini, kurang kompetitif daripada pendanaan dari pihak bank," katanya.

Pada pertengahan tahun lalu, Lembaga pemeringkat S&P Global memberikan rating kredit pada Antam B dengan prospek positif. Sementara itu, pada September tahun lalu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memberikan rating idA- kepada Antam.

(Baca: Antam Ditawari 26% Saham Nusa Halmahera Minerals oleh Newcrest)

Menurut Dimas, saat ini sudah banyak bank yang menawarkan kredit kepada Antam untuk membiayai utang-utang mereka yang sudah mendekati masa jatuh tempo. Dengan begitu, mereka utang mereka bisa diperpanjang dan beban bunga menjadi lebih kecil. Sayangnya, Dimas tidak merinci berapa besar utang yang akan di-refinancing tahun ini.

"Itu bisa memperbaiki kondisi finansial Antam. Nafas lebih panjang, cicilan lebih sedikit. Hal-hal begitu dengan Antam semakin performace, mungkin dilakukan," kata Dimas.

Reporter: Ihya Ulum Aldin