IHSG Turun 0,48% Didorong Defisit Neraca Perdagangan yang Melebar

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bursa Efek Indonesia mengadakan konferensi pers mengenai Pengumuman Perdagangan Bursa Efek Indonesia 2018 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan (27/12). Direktur Utama BEI Inarno Djajadi mengatakan dirinya optimis dengan pergantian tahun ini, meski tahun depan memasuki tahun politik. Justru tantangan terbesar datang dari faktor eksternal yang tak bisa dihindari.
Penulis: Happy Fajrian
15/2/2019, 19.29 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (15/2) dengan ditutup turun 0,48% ke level 6.389,09. Nyaris seluruh indeks sektoral berakhir di zona merah, hanya tersisa sektor infrastruktur yang mengalami kenaikan hari ini.

Koreksi pada IHSG juga didorong oleh 284 saham yang kinerjanya memerah. Sementara itu 130 saham berhasil mengalami kenaikan, dan 123 saham bergerak mendatar. Total transaksi perdagangan saham hari ini tercatat mencapai Rp 8,69 triliun dari 12,17 miliar unit saham yang ditransaksikan sebanyak 412.775 kali oleh investor di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Investor asing juga memberikan tekanan terhadap IHSG. Sepanjang hari ini investor asing membukukan penjualan bersih saham sebesar Rp 331,54 miliar di pasar reguler. Dengan demikian, investor asing selama enam hari berturut-turut membukukan penjualan bersih di pasar saham Indonesia.

Saham yang paling banyak dilepas investor asing hari ini di antaranya saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) senilai Rp 110,1 miliar, PT United Tractors Indonesia Tbk (UNTR) Rp 48,2 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) Rp 45,5 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 42 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Rp 23 miliar.

(Baca: Aliran Modal Asing dan Defisit Perdagangan Lemahkan Rupiah ke 14.000)

Sementara itu, menurut data BEI, lima saham yang paling besar kontribusinya dalam mendorong koreksi pada IHSG yaitu saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang mengalami koreksi 1,86%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 1,79%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,79%, PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) turun 3,97%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 0,37%.

Koreksi pada IHSG hari ini terutama dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca perdagangan di bulan Januari menjadi US$ 1,16 miliar dibandingkan dengan realisasi defisit perdagangan periode Desember 2018 sebesar US$ 1,03 miliar. Capaian tersebut juga lebih tinggi dari konsensus analis yang memprediksi defisit perdagangan hanya sekitar US$ 970 juta.

IHSG mengawali perdagangan saham hari ini dari zona hijau, namun tak lama setelah Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Januari 2019, IHSG langsung terjun ke zona merah, meninggalkan level 6.400, dan bertahan di zona merah hingga akhir perdagangan.

IHSG tidak menjadi satu-satunya bursa yang terkoreksi di Asia, karena seluruh bursa utama di Asia hari ini kompak berakhir dengan koreksi. Indeks Hang Seng memimpin tren menurun bursa saham Asia dengan koreksi sebesar 1,87%, kemudian Shanghai anjlok 1,42%, diikuti Kospi dengan penurunan 1,34%, lalu Nikkei turun 1,13%, PSEi turun 1,03%, Strait Times turun 0,41% dan KLCI turun tipis 0,01%.

(Baca: Defisit Neraca Dagang Tekan IHSG Turun 0,34% Pada Sesi I)

Koreksi pada bursa Asia didorong oleh misteri yang masih menyelimuti proses perundingan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok di Beijing selama sepekan terakhir yang akan menentukan apakan perang tarif akan kembali berlanjut atau damai akan dicapai. Perundingan tersebut hari ini resmi berakhir, namun belum ada kesepakatan yang berhasil dicapai dalam perundingan tersebut.

Kendati demikian, Presiden Tiongkok Xi Jinping, dikutip dari Reuters, mengatakan bahwa dalam perundingan ini kedua belah pihak mengalami perkembangan yang sangat baik. Xi menambahkan, upaya negosiasi untuk mencapai kesepakatan win-win akan dilanjutkan pekan depan di Washington, AS, dan Tiongkok bersedia bekerja sama dengan AS untuk menyelesaikan konflik tarif ini.

Sementara itu perwakilan dagang AS Robert Lighthizer mengatakan bahwa perundingan dengan Tiongkok selama dua hari terakhir sangat produktif. "Kami rasa kami telah berhasil menyelesaikan isu yang sangat sulit. Masih banyak yang harus dilakukan, tapi kami sangat berharap," kata Lighthizer.

(Baca: BNP Paribas Proyeksi Bursa Saham Indonesia Bullish, IHSG Capai 6.900)