Banyak Saham Murah, Otoritas Bursa Batal Pangkas Ukuran Satuan Lot

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) secara resmi melakukan penutupan perdagangan pasar modal seiring berakhirnya 2018 di PT. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan (28/12). Penutupan tersebut dihadiri Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Ketua OJK Wimboh Santoso, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Wakil Ketua DK OJK Nurhaida dan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
8/1/2019, 20.22 WIB

Rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk memangkas jumlah saham dalam satu lot sebanyak 100 lembar saham saat transaksi, diperkirakan tidak akan diterapkan dalam waktu dekat. Alasannya, investor dinilai masih mampu menjangkau dan melakukan transaksi di pasar modal dengan satuan lot tersebut.

"Satuan satu lot sebanyak 100 lembar saham saja, tidak mengurangi aksesibilitas," kata Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (8/1).

Hasan menilai, harga saham di pasar modal dalam negeri saat ini tidak terlalu mahal untuk dapat ditransaksikan oleh investor terutama investor ritel. Dia mengatakan, dari 620 emiten yang ada di pasar modal, sekitar 90% atau 570 emiten harga sahamnya masih di bawah Rp 5.000 per lembarnya.

Artinya, masih banyak saham yang bisa diakses walau investor memiliki dana yang terbatas. "Jadi, kesulitan kah investor kita dengan besaran lot (satu lot setara dengan 100 lembar saham) di harga saham saat ini? Rasanya tidak. Sekitar 570 saham bisa diakses dengan modal awal hanya Rp 500.000," kata Hasan menambahkan.

(Baca: E-Book Building Siap Diterapkan, SRO Pasar Modal Masuk Pasar Primer)

Minimal pembelian saham dalam satu kali transaksi adalah satu lot alias 100 lembar saham. Sehingga, investor masih memiliki banyak pilihan saham murah untuk berinvestasi dengan jumlah minimal pembelian saham minimal tersebut.

Selain itu, Hasan juga mempertimbangkan tingkat biaya operasional yang akan ditanggung oleh anggota bursa ataupun bank kustodian karena dengan pengurangan satuan lot, diperkirakan akan adanya lonjakan frekuensi transaksi pembelian saham. Dengan begitu, akan ada peningkatan kegiatan operasional, baik di anggota bursa dan bank kustodian.

"Karena efisiensi biaya, tentu sekarang masih menjadi pilihan ideal (dengan satuan lot saat ini). Tapi kita tetap mengkaji, mencari bentuk idealnya seperti apa," kata Hasan.

Pengurangan jumlah saham dalam satuan lot ini merupakan salah satu rencana jajaran Direksi BEI sejak awal mereka menduduki jabatan tersebut pada Juni tahun lalu. Saat itu, mereka membuka peluang menurunkan jumlah saham dalam hitungan satu lot, dari 100 saham menjadi 50-20 saham. Tujuannya untuk meningkatkan likuiditas pasar modal.

Dengan pengurangan jumlah saham dalam ini, masyarakat yang memiliki dana sedikit pun bisa menjadi investor di pasar modal. Hal ini karena jumlah minimal saham yang bisa dibeli menjadi lebih sedikit, hanya 20%-50% dari modal minimal yang dibutuhkan sekarang.

(Baca: Sektor Konsumer dan Pelemahan Rupiah Dorong IHSG Turun 0,39%)

Reporter: Ihya Ulum Aldin