PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengakui ada opsi pengambilalihan 51% saham Sriwijaya Group setelah ada kerja sama operasional (KSO) November lalu. Meski begitu, Garuda tetap harus meminta perizinan dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memuluskan pengambilalihan saham Sriwijaya tersebut.
"Opsi memang ada sampai dengan 51% pemilikan saham. Besar kemungkinan (Garuda) ambil sahamnya," kata pria yang akrab disapa Ari Askhara dalam paparan publik di Jakarta, Jumat (21/12).
Ari mengungkapkan, salah satu opsi pengambilan saham Sriwijaya dapat dilakukan melalui konversi utang Sriwijaya Air menjadi saham. Tetapi konversi tersebut menunggu saran dari konsultan terlebih dahulu. Dalam laporan keuangan Garuda Indonesia Triwulan III-2018, Sriwijaya Air disebutkan punya kewajiban utang kepada Garuda.
Kewajiban Sriwijaya terhadap Garuda antara lain utang jangka panjang atas pengerjaan overhaul 10 mesin CFM56-3 yang akan dilunasi pembayarannya melalui angsuran selama 36 bulan. Jumlah saldo utang Sriwijaya kepada Garuda per 31 Desember 2018 sebesar US$ 9,15 juta, dengan US$ 4,32 juta akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, atau Desember 2018.
(Baca: Garuda Ambil Alih Pengelolaan Operasi Sriwijaya dan Nam Air)
Sementara itu saldo utang Sriwijaya kepada Garuda per 30 September 2018 sebesar US$ 9,33 juta, dengan US$ 4,32 juta akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun, atau 30 September 2019. Dalam laporan keuangan itu juga disebutkan, utang Sriwijaya yang telah jatuh tempo namun belum dilunasi akan dikenakan bunga 0,1% per hari dari jumlah yang belum dibayarkan.
"Jumlah utangnya cukup besar, khususnya untuk BUMN besar sekali. Ini mungkin kita bantu Sriwijaya untuk restrukturisasi, namun kita konversi saham sesuai dengan saran dari konsultan," kata Ari.
Pada bulan November 2018, peforma kinerja keuangan Sriwijaya Group meningkat cukup signifikan. Ari berharap, Garuda bisa terus mendukung tren positif tersebut dengan meningkatkan kualitas dari sisi keselamatan dan pelayanan.
Ari mengungkapkan sudah memberikan laporan soal KSO dengan Sriwijaya Group kepada Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan berharap tidak ada pelanggaran soal persaingan usaha. Sebab, Garuda dan Sriwijaya memiliki segmen pasar yang berbeda. Garuda akan melayani segmen full service, sedangkan Sriwijaya Air menggarap segmen medium full service, lalu penerbangan berbiaya murah akan digarap Citilink, sementara NAM Air akan menggarap segmen di bawahnya lagi.
Garuda melakukan KSO dengan Sriwijaya Group dilatarbelakangi kesulitan Garuda mencapai pertumbuhan organik. Dengan KSO Garuda mengincar basis penumpang Sriwijaya Group yang mencapai 9 juta penumpang. Selain itu, Ari menilai Sriwijaya memiliki segmen pelanggan yang loyal dan spesifik, yang tidak dimiliki oleh Garuda dan Citilink.
(Baca: Pasang Wifi di Pesawat, Citilink Targetkan 18 Juta Penumpang )