Ketakutan investor The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya menjadi kenyataan. Rabu malam (19/12) waktu Amerika, atau Kamis pagi (20/12) waktu Indonesia, The Fed resmi menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 2,25% hingga 2,5%. Kenaikan bunga acuan The Fed membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka langsung masuk ke zona merah pagi ini.
Pagi ini IHSG terperosok ke posisi 6.144,94 atau terkoreksi 0,49% dibanding penutupan perdagangan kemarin pada posisi 6.176,09. Tekanan terhadap IHSG berasal dari bursa Amerika Serikat (AS) yang diserbu aksi jual oleh investor karena keputusan The Fed menaikkan suku bunga acuannya.
Padahal, pelaku pasar dan Presiden AS Donald Trump telah berupaya untuk mendorong The Fed agar menunda kenaikan suku bunganya karena perekonomian AS saat ini telah menunjukkan perlambatan. Kenaikan suku bunga akan semakin membebani pertumbuhan ekonomi AS yang tidak hanya melambat, bahkan sudah ada indikasi memasuki masa resesi dari imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang yang turun.
(Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga Amerika-25-Bps, Tahun 2019 Tak Lagi Agresif)
Apalagi, proyeksi pertumbuhan AS untuk tahun 2019 diperkirakan akan lebih rendah dari sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi AS tahun depan diperkirakan 3,0%, atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya 3,1%. The Fed pun masih berencana menaikkan suku bunganya sebanyak dua kali hingga 50 basis poin pada 2019, dan satu kali lagi pada 2020.
Naiknya suku bunga acuan The Fed juga memukul nilai tukar rupiah yang pagi ini melemah terhadap seluruh mata uang utama di dunia dan Asia. Padahal Pagi ini rupiah terdepresias sebesar 0,44% terhadap dolar AS ke posisi Rp 14.506. Walaupun mata uang Asia lainnya juga terdepresiasi terhadap dolar AS, pelemahan rupiah menjadi yang terbesar kedua di Asia.
Melemahnya nilai rupiah turut memberi tekanan terhadap IHSG pagi ini. Padahal, rupiah kemarin sempat menjadi yang terbaik di Asia dan menguat terhadap seluruh mata uang dunia dan Asia.
Dengan naiknya suku bunga the Fed, pasar modal Indonesia harus bersiap menghadapi larinya dana asing keluar. Padahal sepekan kemarin dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 2,3 triliun, dengan total sepanjang tahun ini mencapai Rp 28,65 triliun.
(Baca pula: Pelemahan Terbatas Mata Uang Asia Setelah Kenaikan Bunga AS)
IHSG pun akan semakin tertekan jika dana asing yang keluar setelah kenaikan bunga acuan the Fed ini semakin besar. Kendati demikian, Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, tekanan terhadap IHSG masih terbatas karena akan sedikit terbantu oleh fenomena window dressing., dimana investor akan menjual sahamnya yang berkinerja jelek diganti dengan saham berkinerja bagus.