PT Urban Jakarta Propertindo Tbk. resmi mencatatkan diri di pasar modal dengan skema penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) pada pembukaan perdagangan Senin (10/12). Perusahaan berkode emiten URBN ini membukukan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebesar 2,6 kali dari jumlah saham yang ditawarkan. Melalui IPO ini, URBN menargetkan perolehan dana segar sebesar Rp 430 miliar.
Mayoritas dana yang didapatkan dari proses IPO ini akan digunakan perusahaan berkode emiten URBN untuk akusisi lahan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), yaitu sekitar 51% dari total perolehan dana. Sementara itu, 31% akan digunakan untuk belanja modal dan pengembangan. Sisanya, 18% digunakan untuk modal kerja.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Urban Jakarta Propertindo Tri Rachman Batara mengatakan, mayoritas dana tersebut tidak akan dikeluarkan sekaligus karena mereka memiliki beberapa skema. Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk mengakuisisi lahan secara bertahap sesuai legal lahan yang betul-betul sudah clean and clear.
"Sekitar Rp 220 miliar akan kami alokasikan untuk akusisi lahan," ujar Tri usai acara seremonial IPO, perusahaan yang bergerak di bidang pengembang hunian berkonsep Transit Oriented Development (TOD) ini, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (10/12).
Adapun, jumlah saham yang dilepas oleh Urban Jakarta sebanyak 360 juta lembar saham atau setara dengan 11,24% dari modal disetor. Mereka menawarkan saham tersebut pada harga Rp 1.200 per lembar sahamnya. Pada pencatatan perdananya, saham URBN langsung melonjak hingga 50% menjadi Rp 1.800 per lembar sahamnya.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Urban Jakarta Propertindo Dyah Tjahjani Saraswati mengatakan dengan aksi korporasi ini tidak hanya meningkatkan nilai investasi pemegang saham saja, namun untuk pengembangan bisnis di sektor properti secara umum. "Dengan dukungan seluruh pihak, kami terus tumbuh dan berkembang menjadi investasi unggulan di bursa hari ini dan seterusnya," kata Dyah.
Saat ini, Urban Jakarta tengah membangun empat proyek berkonsep TOD yang berada pada lintasan jaringan kereta ringan LRT Jabodetabek. Total nilai keempat proyek tersebut sekitar Rp 10,2 triliun selama kurang lebih lima tahun.
Dari keempat proyek tersebut, dua di antaranya merupakan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PT Adhi Commuter Properti yaitu Gateway Park bernilai Rp 3,7 triliun dan Urban Signature bernilai Rp 3,77 triliun. Sementara dua proyek lainnya yaitu Urban Sky memiliki nilai Rp 1,41 triliun dan Urban Suites senilai Rp 1,58 triliun dikembangkan sendiri oleh mereka.
(Baca juga: Serahkan Dokumen IPO, Valuasi Uber Diestimasi Rp 1.740 Triliun)