Katadata Market Sentiment Index yang dirilis oleh Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan probabilitas pasar saham dalam kondisi bullish (naik) pada Desember 2018 sedikit meningkat tetapi masih sangat kecil atau mendekati nol. Oleh karena itu, tren bearish (turun) yang terjadi sejak Februari 2018 akan berlanjut hingga Desember 2018.
Panel Ahli KIC Damhuri Nasution mengatakan, probabilitas pasar saham dalam kondisi bullish memang mulai naik sedikit setelah terjadi penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tetapi masih sangat kecil atau mendekati nol. Alhasil, kondisi pasar saham pada Desember ini diprediksi masih bearish.
Nilai tukar rupiah menguat 6,1% dari Rp 15.178 per dolar AS pada penutupan Oktober 2018 menjadi Rp 14.300 pada akhir November 2018. Adapun imbal hasil SUN 10 tahun turun dari 8,54% menjadi 7,87% pada November 2018. Penguatan rupiah dipicu oleh beberapa faktor, antara lain penurunan harga minyak dunia yang diharapkan berdampak positif mengurangi tekanan pada defisit neraca transaksi berjalan.
Selain itu, ada optimisme terhadap hasil pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Forum G-20 terkait perang dagang antara AS-Tiongkok. Rupiah juga menguat setelah ada konsistensi kebijakan BI untuk menjaga stabilitas makroekonomi serta pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif baik mencapai 5,12% sepanjang triwulan III 2018.
Namun, indikator-indikator tersebut belum cukup mengirim sinyal positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Harga minyak dunia dinilai masih rentan dan eskalasi perang dagang masih mungkin terjadi. Sementara itu, indikator makro ekonomi domestik menggambarkan perekonomian nasional belu menunjukkan tanda-tanda peningkatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Sebaliknya aktivitas perekonomian AS masih menunjukkan tren perbaikan sehingga peluang suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) untuk naik pada Desember 2018 dan prediksi kenaikan lainnya pada 2019 masih cukup besar.
Kenaikan suku bunga FFR menimbulkan volatilitas pada kurs rupiah dan pasar modal Indonesia. Volatilitas yang tinggi menjadi salah satu indikasi bahwa pasar saham dalam kondisi bearish. "Faktor-faktor penguatan kurs dan penurunan imbal hasil SUN belum diikuti peningkatan pertumbuhan ekonomi, serta tingginya ketidakpastian perekonomian dan geopolitik dunia membuat pasar saham nasional diperkirakan masih dalam kondisi bearish pada Desember 2018," kata Damhuri, di Jakarta, Senin (3/12).
(Baca: Asing Beli Bersih Saham Rp 7,8 Triliun, IHSG Selama November Naik 3,7%)
Pada November 2018, Katadata Market Sentiment Index memprediksi pasar dalam kondisi bearish. IHSG ditutup pada level 6.056,1 poin pada November 2018, menguat 3,8% dibandingkan bulan sebelumnya di level 5.831,7 poin. Jika dibandingkan dengan penutupan November 2017 (year-on-year), IHSG juga naik 1,7%. Namun jika dibandingkan dengan posisi akhir 2017 di angka 6.335,7 poin, IHSG masih melemah 4,7% (year to date).
"Secara bulanan dan tahunan IHSG menguat tapi volatilitas indeks naik signifikan," ujar Damhuri. Hal ini terlihat dari selisih nilai IHSG tertinggi 6.107 poin dan terendah 5.777 poin yang mencapai 330 poin. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan selisih nilai IHSG tertinggi dan terendah pada Oktober dan September 2018 yang masing-masing sebesar 242 poin dan 293 poin. Berdasarkan model logistik yang dikembangkan KIC, probabilitas pasar saham berada dalam kondisi bullish pada November 2018 mendekati nol sehingga pasar berada dalam kondisi bearish.
Hasil riset Katadata Market Sentiment Index akan diperbarui setiap bulan dan dapat diunduh di sini.
(Baca: Katadata Market Index: Tren Bearish Bayangi Bursa Saham di November)