Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan, jumlah investor retail domestik di pasar modal hingga 31 Oktober 2018 mencapai 1,53 juta investor. Angka ini tumbuh sebesar 37% dibandingkan posisi akhir 2017 sebanyak 1,12 juta investor.
Direktur KSEI Syafruddin mengatakan, jumlah investor retail tersebut terbagi menjadi single investor identification (SID) pada efek saham sebanyak 813 ribu investor, reksa dana sebanyak 933 ribu investor, Surat Berharga Negara (SBN) sebanyak 185 ribu investor, dan saham scriptless 1.638 investor. Total aset investor retail ini mencapai Rp 2.139 triliun.
Secara geografis, mayoritas investor masih berasal dari Pulau Jawa. Jumlah investor yang berada di Pulau Jawa mencapai 73,78% dari total investor dengan aset mencapai Rp 2.049 triliun atau 95,83% dari total nilai aset. Jumlah investor dari Pulau Sumatra mencapai 14,35% dari total investor dengan nilai aset Rp 32,3 triliun atau 1,51%.
Lalu, jumlah investor di Pulau Kalimantan sebanyak 4,44% dari total investor dengan nilai aset mencapai Rp 4,8 triliun atau 2,24%. Investor retail di Pulau Sulawesi sebanyak 3,44% dengan nilai aset sebesar Rp 4,36 triliun atau 0,2%. Investor di Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebanyak 2,84% dengan aset Rp 3,34 triliun atau 0,16%. Terakhir, investor dari Maluku dan Papua sebanyak 1,14% dengan aset Rp 1,25 triliun atau 0,06%.
"Potensi (pertumbuhan investor retail) di luar DKI Jakarta dan luar Jawa masih sangat besar. Di Kalimantan misalnya, secara jumlah masih kalah dengan Sumatra tapi nilai asetnya jauh lebih besar," kata Syafruddin ketika menghadiri Media Gathering di Surakarta, Jumat (16/11).
(Baca: Investor Asing Koleksi Saham Rp 3,38 Triliun dalam Sepekan)
Untuk mengembangkan potensi investor di luar Jawa tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Salah satunya dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah. Syafruddin mencontohkan, KSEI bisa mendorong Bank Pembangunan Daerah (BPD) untuk menjadi Bank Rekening Dana Nasabah agar investor di daerah meningkat.
Berdasarkan gender, mayoritas investor retail adalah pria yaitu sebesar 59,4% dari total investor. Berdasarkan pekerjaan, sekitar 59,14% investor memiliki pekerjaan sebagai pegawai baik swasta, negeri, dan guru. Investor yang berprofesi sebagai pelajar menempati posisi kedua dengan 16,76%, diikuti oleh pengusaha sebesar 11,66%. Berdasarkan penghasilan, sebanyak 59,06% investor memiliki penghasilan antara Rp 10-100 juta.
Syafruddin mengatakan, berdasarkan usianya, mayoritas atau sebesar 34,08% investor berusia antara 21-30 tahun. Diikuti usia 31-40 tahun sebesar 25,64%. Syafruddin menilai, banyak anak muda yang makin terinklusi pasar modal, menandakan program BEI seperti Yuk Nabung Saham, sudah mulai terlihat hasilnya.
(Baca: BEI Pastikan Seluruh Elemen Pasar Modal Siap Terapkan T+2)