PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food, produsen beras kemasan bermerek dan makanan ringan (snack), tengah menjajaki masuknya calon investor baru guna merestrukturisasi kondisi keuangan perusahaan. Calon investor strategis tersebut diyakini bisa membawa TPS Food meraih kejayaannya di masa lalu dengan pendapatan sebesar Rp 6 triliun.
Direktur Keuangan TPS Food Yulianni Liyuwardi mengatakan, calon investor tersebut telah bertemu dan berdiskusi dengan Direktur Utama TPS Food Joko Mogoginta. Namun, ia masih enggan membuka identitas investor yang tengah dijajaki oleh TPS Food. "Pokoknya, diskusinya terus berlanjut dan semakin mengerucut. Semoga dalam waktu dekat bisa kita beritahukan ke stakeholder yang lain," ujar Yulianni dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (19/10).
Investor baru akan melakukan restrukturisasi menyeluruh di dalam grup TPS Food mengingat masalah yang dihadapi perseroan sangat kompleks. Seperti diketahui, TPS Food merupakan perusahaan yang fokus pada bisnis makanan dan beras. Mereka membawahi 13 perusahaan, seperti PT Putra Taro Paloma yang memiliki merek dagang Taro dan PT Indo Beras Unggul (IBU) dengan merek dagang beras Maknyuss.
Salah satu restrukturisasi yang disiapkan perseroan adalah penyelesaian pembayaran bunga dan imbalan kepada para pemegang obligasi dan sukuk yang diterbitkan perusahaan pada 2013 silam. Seperti diketahui, total dana yang harus dibayarkan oleh perusahaan senilai Rp 46,12 miliar dengan rincian bunga Obligasi TPS Food I/2013 sebesar Rp 30,75 miliar dan imbalan Sukuk TPS Food I/2013 sebesar Rp15,37 miliar.
Proses negosiasi yang tengah dijajaki oleh manajemen TPS Food salah satunya mengenai struktur masuknya investor ini, apakah melalui penerbitan saham baru atau opsi lainnya. Untuk itu, Yulianni tidak bisa berkomentar banyak. Namun, dengan masuknya investor ini, dia berharap dalam waktu 12 bulan restrukturisasi perusahaan dapat dituntaskan. "Tapi efek penyehatannya mungkin masih berlangsung," katanya.
Sekretaris Perusahaan TPS Food Ricky Tjie juga tidak berkomentar banyak mengenai penjajakan investor ini. "Terus terang informasi spesifiknya saya tidak tahu tetapi restrukturisasi TPS Food adalah komprehensif," katanya. Sejak 5 Juli 2018 hingga saat ini, Bursa Efek Indonesia masih menghentikan perdagangan saham emiten berkode AISA ini.
(Baca: Kisruh TPS Food: Laporan Keuangan Ditolak, Presdir Cabut dari RUPS)
Saling Klaim
Masalah TPS Food tidak berhenti sampai di sini. Aksi saling klaim antara direksi dan komisaris masih berlanjut.TPS Food akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 28 Oktober 2018. Menurut Komisaris dan Kuasa Dewan Komisaris TPS Food Hengky Koestanto, ada tiga agenda dalam RUPSLB tersebut. Pertama, tindak lanjut atas keputusan RUPSLB 27 Juli 2018. Kedua, pengangkatan direksi dan perubahan susunan komisaris perusahaan. Ketiga, persetujuan atas rencana restrukturisasi perseroan.
Hengky mengatakan, Dewan Komisaris berkewajiban mengurus perseroan ketika terjadi kekosongan direksi. Ia mengacu pada keputusan RUPSLB perseroan pada 27 Juli 2018 yang memberhentikan seluruh direksi perseroan. "Kekosongan direksi ini adalah fakta hukum yang ditegaskan dalam pertimbangan Majelis Hakim dalam Putusan PKPU No 121/Pdt.Sus-PKPU/2018/PN.Jkt.Pst tanggal 13 September 2018," ujarnya, dalam siaran pers. Menurut keputusan tersebut, direksi perseroan dalam keadaan diberhentikan sehingga komisaris berwenang bertindak dan mewakili perseroan.
Hengky mengatakan, persiapan RUPSLB telah dilakukan dari sisi legal maupun teknis. "Perseroan berusaha semaksimal mungkin agar pemegang saham yang hadir merasa nyaman dan aman untuk ikut urun rembug dalam mencari solusi atas kondisi perseroan saat ini," ujarnya.
(Baca: RUPS Buntu, Joko Mogoginta Ngotot Tetap Jabat TPS Food)