Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Tiga Pilar Sejahtera atau TPS Food berlangsung ricuh dan diwarnai perdebatan panjang. Bahkan, Presiden Direktur TPS Food Joko Mogoginta memilih keluar (walk out) meninggalkan rapat.
Rapat dimulai pada pukul 14.30 WIB, sedikit molor dari agenda yang dijadwalkan pada pukul 14.00 WIB. Hingga menjelang magrib, pembahasan rapat masih alot. Tiba-tiba seorang investor retail TPS Food ritel Harianto Bhakti keluar dari ruang rapat dan memberitahukan kepada awak media bahwa para pemegang saham menolak mengesahkan laporan keuangan TPS Food tahun lalu.
Mayoritas pemegang saham ini merasa tidak percaya dengan laporan keuangan yang disampaikan direksi. Perusahaan yang memproduksi makanan ringan Taro serta beras merek Ayam Jago dan Maknyus ini mengalami rugi bersih yang tercatat mencapai Rp 565 miliar sepanjang 2017. "Sebanyak 61% pemegang saham menolak. Jadi, tidak disetujui laporan keuangannya. Malah harus ganti direksi dan diaudit lagi," kata Harianto saat RUPS TPS Food di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/7).
Saat itu RUPS masih berjalan dengan berbagai perdebatan. Selang dua jam kemudian, Joko Mogoginta juga keluar dari RUPS, dia menyatakan walk out. Dia menuding ada rencana yang tidak baik dari beberapa pemegang saham untuk mengambil alih saham perusahaan secara paksa alias hostile takeover. Mereka mengajak pemegang saham lain menolak laporan keuangan yang sudah disahkan Dewan Komisaris perusahaan.
"Jelas ini hostile takeover. Saya membangun (TPS Food) 26 tahun yang lalu, ini hostile takeover," kata Joko dengan nada tinggi. (Baca: Peringkat Turun, Tiga Pilar Terancam Gagal Bayar Obligasi Rp 600 M)
Menurutnya, pencabutan laporan keuangan 2017 ini dibumbui oleh tindakan yang tidak wajar. Joko menjelaskan bahwa Komisaris Utama TPS Food Anton Apriyantono mendapat tekanan dari Komisaris lainnya Jaka Prasetya, untuk mencabut tanda tangan pengesahan laporan keuangan 2017 tersebut.
Anton pun mencabut pengesahannya, dan jajaran komisaris menolah laporan keuangan TPS Food tahun 2017. Hal itu akan berefek pada pergantian jajaran direksi. "Tadi Pak Anton sudah menjelaskan, ditekan oleh Pak Jaka Prasetya tanggal 25 untuk membuat suatu kesepakatan. Ini menjadi skenario yang sangat-sangat jelas jahat dan busuk," kata Joko.
Namun, Jaka Prasetya yang ditempatkan di jajaran komisaris sebagai perwakilan KKR & Co. Inc, menampik adanya upaya hostile takeover yang dilakukan perusahaannya. Dia beralasan, KKR & Co tidak pernah membeli saham untuk menambah kepemilikan di TPF Food. "Kalau hostile takeover itu kan tambah, tambah, tambah saham," kata Jaka.
Sementara menurut Harianto, pembatalan pengesahan laporan keuangan tersebut merupakan inisiatif yang diambil oleh pemegang saham. Dia juga menilai, aksi jajaran direksi yang walkout sebagai tindakan pengecut, karena tidak mau dicopot dari kursi jabatan.
"Tadi mereka walkout saat mau voting untuk mengganti jajaran direksi," katanya. (Baca: Tiga Pilar Berencana Lepas Anak Usaha di Sektor Beras)