Indeks di bursa saham Asia berguguran setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), mengumumkan kenaikan bunga acuan Fed Fund Rate ke level 2% dan rilis proyeksi kenaikan Fed Fund Rate sebanyak dua kali lagi tahun ini.
Saat berita ini ditulis, indeks Kospi di Korea Selatan anjlok 1,39%, Hang Seng di Hong Kong turun 0,62%, CSI 300 di Tiongkok turun 0,54%, Nikkei dan Topix di Jepang turun 0,48%. Secara umum, mayoritas indeks di pasar saham negara berkembang Asia Pasifik juga turun. Hal itu tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang terkoreksi 0,27%.
Pergerakan bursa saham Asia mengekor bursa saham AS yang juga mengalami penurunan. Sebelumnya, Dow Jones ditutup turun 0,47%, begitu juga dengan S&P 500 serta Nasdaq Composite turun masing-masing 0,4% dan 0,11%.
(Baca juga: Kerek Bunga Acuan Jadi 2%, The Fed Pasang Proyeksi Optimis Ekonomi AS)
Meski begitu, mayoritas nilai tukar mata uang negara Asia justru menguat tipis terhadap dolar AS. Hal itu seiring dengan indeks dolar AS yang justru turun setelah pengumuman kenaikan Fed Fund Rate. Saat berita ini ditulis, won Korea Selatan tercatat memimpin penguatan yaitu sebesar 0,35%, diikuti ringgit Malaysia 0,22%, dan yen Jepang 0,19%. Hanya Baht Thailand dan dolar Taiwan yang melemah tipis yaitu 0,05% dan 0,07%.
Sebelumnya, Ekonom yang kini menjabat Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Eric Sugandi mengatakan pelaku pasar finansial global sudah mengantisipasi kenaikan Fed Fund Rate. “Sehingga dampaknya terhadap penguatan dolar atau pelemahan mata uang lainnya tidak besar,” ujarnya kepada Katadata.co.id, sebelum pengumuman Fed Fund Rate.
Langkah antisipasi di bursa saham domestik tampak saat perdagangan Jumat (8/6) pekan lalu, atau menjelang libur bursa seiring cuti panjang Lebaran. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 1,85% ke level 5.993. Hal itu seiring dengan aksi jual terutama oleh investor asing.
Mengacu pada data RTI, penjualan bersih (net sell) saham oleh investor asing mencapai Rp 2,45 triliun. Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,41% ke level 13.932 per dolar AS.
(Baca juga: Kurs Rupiah Tersandera Dana Asing, Bunga Acuan Bisa Jadi Obat Mujarab?)
Adapun tekanan di bursa saham domestik diharapkan tidak besar setelah libur panjang berakhir. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah menilai kondisi libur panjang semestinya bisa meredam tekanan. "Libur seperti shock breaker, jadi ada waktu penyesuaian,” kata dia.
The Fed menaikkan bunga acuan seiring dengan inflasi yang mendekati target sasaran 2% dan tingkat pengangguran yang turun. Ke depan, The Fed melihat peluang data-data perekonomian semakin baik. Alhasil, terbuka kemungkinan kenaikan dua kali lagi Fed Fund Rate tahun ini.