Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menyatakan ketidakpastian domestik terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mempengaruhi perdagangan di bursa saham domestik. Adapun untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, ia menyebut ada dua langkah yang bisa ditempuh, salah satunya kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate.
"Pertanyaan terbesar adalah bagaimana kita menarik kembali, menaikkan kembali permintaan akan rupiah. Sayangnya salah satu cara untuk menaikkan permintaan rupiah mau tidak mau adalah kenaikan interest rate,” kata Tito di BEI, Jakarta, Rabu (9/5). (Baca juga: Pelemahan Rupiah Tekan Indeks Saham)
Adapun perbankan, menurut Tito, sudah duluan menaikkan suku bunganya meskipun BI 7 Days Repo Rate belum naik dari level saat ini 4,25%. Di sisi lain, pelaku pasar dinilainya sudah kembali masuk sehingga kenaikan bunga acuan tidak akan mempengaruhi pandangan investor terkait saham. “Karena itu sudah restore in,” ucapnya.
Di luar itu, ia menyebut langkah lain untuk menstabilkan rupiah adalah dengan memperkuat struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut dia, mau tidak mau, pemerintah sepertinya harus menaikkan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal itu dinilainya tidak masalah asalkan ada transparansi dalam pengelolaan anggaran negara.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok ke bawah level 6.000 mulai 26 April 2018 lalu. Hal itu seiring berlanjutnya aksi jual yang dilakukan investor asing dipicu oleh kenaikan imbal hasil surat berharga AS. Seiring kondisi tersebut, nilai tukar rupiah tercatat semakin lemah hingga belakangan menembus level Rp 14.000 per dolar AS.
Meski IHSG turun, Tito mengklaim return dari penempatan di saham-saham di bursa domestik bagus, likuiditasnya pun semakin meningkat melampaui bursa saham Thailand. “Jadi pasar modal Indonesia masih didukung oleh perusahaan yang hasilnya bagus, portofolio bagus dan likuiditas yang menguat," katanya.
Adapun pada perdagangan Rabu (9/5), IHSG tercatat mengalami rebound. IHSG ditutup di level 5.907, atau naik 2,31% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Jika mengacu pada data RTI, kenaikan IHSG tampaknya disokong aksi beli oleh investor domestik sebab investor asing tercatat masih membukan penjualan bersih (net sell) saham Rp 328,17 miliar.