Investor Institusi Memburu Saham Perdana Rumah Sakit Hermina

ANTARA
Pemeriksaan pasien di sebuah rumah sakit.
Penulis: Hari Widowati
18/4/2018, 20.36 WIB

Sejumlah investor institusi telah menyatakan minatnya untuk menyerap saham perdana PT Medikaloka Hermina Tbk, induk perusahaan rumah sakit Hermina. Dengan minat yang tinggi dari investor institusi, investor retail diperkirakan hanya akan mendapatkan penjatahan minimum dari penjamin emisi.

Medikaloka Hermina akan menawarkan 351,4 juta saham baru atau 11,8% dari modal disetor setelah dengan harga Rp 3.700-Rp 5.000 per saham. Dari aksi korporasi tersebut, perusahaan akan mendapatkan dana Rp 1,3 triliun-Rp 1,76 triliun. Penawaran saham bukan hanya dilakukan di dalam negeri. Manajemen perusahaan dan joint lead underwriters akan melaksanakan roadshow di Kuala Lumpur, Singapura, dan Hong Kong.

Direktur Medikaloka Hermina Aristo Setiawidjaja mengatakan, meskipun perusahaan belum resmi menawarkan sahamnya kepada publik, permintaan yang masuk dari sejumlah investor institusi diperkirakan mampu menyerap seluruh saham yang ditawarkan perusahaan. "Ada private equity, asuransi, dana pensiun, dan perusahaan pengelola reksadana yang berminat. Kalau soal alokasi untuk investor retail, itu tergantung penjatahan dari Mandiri Sekuritas selaku penjamin emisi," kata Aristo usai paparan publik di Jakarta, Rabu (18/4). Medikaloka menunjuk empat pelaksana emisi efek, yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Indonesia dalam hajatan tersebut.

(Baca: Surya Pertiwi Incar Dana Rp 1 Triliun dari IPO)

Direktur Utama PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia Hendra Purnama, salah satu penjamin emisi IPO Medikaloka, mengatakan bersamaan dengan proses IPO tersebut pemegang saham yang juga pendiri perusahaan berencana melepas 6% saham lama dalam penawaran terbatas (private placement). Seperti diketahui, saat ini pemegang saham Medikaloka terdiri atas private equity 7% dan saham pendiri 93%.

Harga saham yang ditawarkan dalam penawaran terbatas itu sama seperti harga yang ditetapkan untuk saham perdana. Selain itu, ada konversi utang menjadi saham yang dilakukan oleh pemegang Mandatory Convertible Notes (MCN) setara 3% dari modal disetor setelah IPO. Dengan demikian, pasca IPO total saham beredar Medikaloka akan mencapai 20,8%. 

Bangun Rumah Sakit

Medikaloka berencana menggunakan 25% dana IPO untuk pengembangan rumah sakit baru, 25% untuk pembelian peralatan medis, 25% untuk membayar utang yang akan jatuh tempo tahun ini, dan 25% untuk modal kerja operasional perusahaan. Aristo mengatakan, tahun ini perusahaan membutuhkan belanja modal Rp 700 miliar untuk membangun 4 rumah sakit di Samarinda, Ujung Pandang, Palembang, dan satu lokasi lainnya yang masih difinalisasi.

Medikaloka merupakan salah satu pengelola jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia. Kompetitor Medikaloka di Indonesia adalah PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Menurut Hendra, kisaran harga saham perdana Medikaloka mencerminkan rasio EV/EBITDA 2018 sebesar 16,7 kali-21,7 kali yang setara dengan rata-rata valuasi di industri kesehatan.

(Baca: Enam Bulan, Grup Lippo Agresif Beli Rumah Sakit Hampir Rp 500 M)

Medikaloka memiliki model bisnis yang berbeda dengan jaringan rumah sakit lainnya. Untuk pembangunan setiap rumah sakit baru, Medikaloka bermitra dengan para dokter. Medikaloka memiliki porsi saham 68%-70% pada setiap rumah sakit sedangkan sisanya dimiliki oleh para dokter. "Dengan memiliki saham minoritas, para dokter akan memperhatikan kualitas dan lebih loyal," kata Aristo. Model bisnis seperti ini diterapkan di Bangkok Dusit Medical Services yang merupakan penyedia layanan kesehatan terbesar di Thailand.

Perusahaan akan menambah 4 rumah sakit setiap tahun sehingga total rumah sakit yang dimiliki menjadi 40 rumah sakit pada 2020. Hingga akhir 2017, perusahaan memiliki 28 rumah sakit yang tersebar di 17 kota, terdiri atas 6 RSU kelas B dan 22 RSU kelas C yang memiliki 2.400 dokter spesialis.

Pada 2017, pendapatan Medikaloka tumbuh 19,9% menjadi Rp 2,68 triliun sedangkan EBITDA mencapai Rp 574,9 miliar. Pada periode yang sama, jumlah pasien rawat jalan tumbuh 26,7% menjadi 4,5 juta pasien sedangkan pasien rawat inap tumbuh 28,6% menjadi 242.741 pasien. Rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) pendapatan Medikaloka dalam tiga tahun terakhir mencapai 25,2%. Sementara itu, rata-rata pertumbuhan tahunan EBITDA perusahaan dalam tiga tahun terakhir mencapai 30,8%.

Perusahaan menjadwalkan masa pembentukan harga (bookbuilding) pada 18-26 April 2018. Jika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pernyataan efektif pada 7 Mei 2018, penawaran umum akan dilakukan pada 9-11 Mei 2018. Pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilaksanakan pada 16 Mei 2018.