Emiten perkebunan kelapa sawit, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) raih pinjaman jangka panjang senilai Rp 870 miliar dari PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Pinjaman bertenor 8 tahun tersebut rencananya akan digunakan perusahaan untuk menunjang pendanaan untuk pengembangan usaha perseroan dan anak usaha.
"Pada 9 Maret 2018, perseroan dan anak usaha telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman dengan BCA senilai Rp 870 miliar. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk investasi perusahaan dan anak perusahaan," kata Direktur Utama Dharma Satya Andrianto Oetomo dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (12/3).
Meski begitu, ia tidak merinci rencana investasi apa saja yang akan dilakukan perusahaan dari dana pinjaman tersebut.
Adapun dampak pinjaman terhadap kondisi keuangan perseroan akan menambah ketersediaan dana untuk kebutuhan investasi di perusahaan dan anak usaha. Hingga akhir tahun lalu, perseroan tercatat memiliki kas dan setara kas sebesar Rp 381 miliar, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 251 miliar dengan total liabilitas jangka panjang sebesar Rp 3,36 triliun dan liabilitas jangka pendek sebesar Rp 1,72 triliun.
Sementara dari segi kelangsungan usaha, Andrianto menyebut dana tersebut juga akan memengaruhi kelangsungan usaha perseroan dan anak usaha. Pada 2018, Dharma Satya berencana membangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ke-8 berkapasitas 30 ton per jam di Kalimantan Barat, seiring dengan bertambahnya tanaman menghasilkan di area perkebunan perseroan di wilayah tersebut.
"Dengan pabrik baru itu, total kapasitas produksi PKS perusahaan akan meningkat menjadi sekitar 480 ton per jam.
Hingga 31 Desember 2017, Perseroan tercatat memiliki jumlah kebun menghasilkan (mature area) sebanyak 72.345 hektar dari total lahan tertanam sebanyak 90.288 hektar.
Sementara itu, jumlah produksi Tandan Buah Segar (TBS) perseroan tahun lalu naik sekitar 41,6% dari tahun sebelumnya menjadi sekitar 1,55 juta ton. Akibatnya, produksi CPO Perseroan tahun lalu tumbuh sebesar 29,4% menjadi 403,6 ribu ton.
Harga jual rata-rata minyak sawit perseroan pada tahun lalu tercatat sebesar Rp 8,1 juta per ton, naik sekitar 8,0% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan rata-rata produksi dan penjualan sawit pada akhirnya mendorong pendapatan perseroan tumbuh sekitar 33% menjadi Rp 5,16 triliun pada tahun lalu dengan laba bersih yang melonjak 133,4% dari tahun sebelumnya menjadi sebesar Rp 585 miliar.
"Membaiknya kinerja perseroan di tahun lalu terdorong oleh meningkatnya produksi CPO akibat cuaca yang lebih bagus dan berlalunya dampak lanjutan El-Nino, selain juga karena harga jual rata-rata minyak sawit perseroan yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya," pungkas Andrianto.