PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menargetkan bisa mendapat laba tahun ini hingga US$ 8,7 juta atau sekitar Rp 115,9 miliar. Hingga akhir tahun lalu, perusahaan penerbangan pelat merah tersebut diperkirakan masih mengalami rugi.
Perseroan akan terus melakukan efisiensi untuk memperbaiki kinerja keuangan. Beberapa program dicanangkan oleh Garuda, seperti Sky Beyond 3.5 yang salah satunya memanfaatkan kontribusi anak perusahaan untuk mendapatkan profit di tahun ini.
(Baca: Rugi Garuda Indonesia Hingga September 2017 Membengkak 408%)
“Secara total kami berharap 2018 akan memberikan pendapatan di atas US$ 4,8 miliar (Rp 46 triliun). Di mana kontribusi dari anak perusahaan itu 24 persen,” ujar Direktur Keuangan Garuda Indoensia Helmi Imam Satriyon dalam jumpa pers, di Jakarta, Selasa (23/1).
Menurutnya, anak perusahaan memberikan kontribusi yang cukup lumayan, seperti GMF AeroAsia, Citilink, juga perusahaan yang bergerak di bidang jasa ground handling, yakni Gapura Angkasa.
Secara total dalam sembilan bulan tahun lalu, Garuda masih mengalami kerugian bersih hingga US$ 221,9 juta. Laba yang diperoleh pada kuartal III sebesar US$ 61,9 juta belum bisa menutupi rugi pada semester I. (Baca: Pemerintah Targetkan Hanya 10 dari 118 BUMN yang Rugi di 2017)
Program-program yang dicanangkan sejak April 2017, terutama di manajemen baru sudah memberikan dampak yang lumayan. “Program cukup berhasil, seperti negosiasi penyewaan pesawat, peningkatan service level, beberapa hal yang terkait dengan revenue management, dan sebagainya,” katanya.
Meski belum bisa memastikan, Helmi mengatakan kuartal IV Garuda masih mendapat untung. Namun, masih lebih rendah dibandingkan kerugian dalam enam bulan pertama tahun lalu. Alhasil, Garuda diproyeksikan masih mengalami rugi di tahun lalu.
“Kami mengharapkan ada penurunan (beban) yang cukup signifikan selama second half (semester II-2017) ini, sehingga loss-nya (kerugian) bisa kami tekan,” ujarnya menambahkan. (Baca: Garuda Restrukturisasi Rute Jakarta-London untuk Setop Kerugian)
Untuk membalikan kondisi keuangannya tahun ini, Garuda mengurangi biaya sewa pesawat hingga 25 persen. Perseroan akan melakukan negosiasi biaya sewa pesawat dengan pihak perusahaan pembiayaan (lessor). Saat ini 90 persen pesawat Garuda sendiri merupakan pesawat sewaan dari lessor luar negeri.
Hingga saat ini, sudah ada total sembilan pesawat yang coba dinegosiasi oleh Garuda agar lebih kompetitif. Biaya sewa pesawat, menurut Helmi, cukup besar karena mencapai 25 persen dari total biaya keseluruhan maskapai penerbangan ini.