E-Commerce Pertama Tercatat di BEI, Kioson Bidik Mitra Kios Naik 400%

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Ilustrasi perdagangan di BEI, Jakarta.
Penulis: Miftah Ardhian
Editor: Yuliawati
5/10/2017, 12.16 WIB

Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di sektor e-commerce Online-to-Offline (O2O), PT Kioson Komersial Indonesia (Kioson), resmi menawarkan saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan dana yang diraup dari bursa sekitar Rp 45 miliar, Kioson menargetkan pertumbuhan mitra kios sebesar 400% sampai akhir 2017.

Direktur Utama Kioson Jasin Halim menuturkan, Kioson menargetkan jumlah mitra kios sebanyak 30 ribu di akhir tahun ini, atau pertumbuhan 400% dibandingkan akhir 2016. Hingga September 2017, jumlah mitra Kioson telah berjumlah 19 ribu yang tersebar di 384 kota di Indonesia.

"Di 2019 kami targetkan sudah masuk seluruh kota di Indonesia sekitar 500an, dengan target mitra kios sebanyak 100 ribu," ujar Jasin di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (5/10). (Baca juga: OJK Turunkan Batasan Aset IPO agar Startup Bisa Masuk Bursa)

Sebagai startup pertama yang melantai di bursa, Kioson menjadi emiten ke-24 di tahun ini dan ke-558 dari total keseluruhan emiten yang tercatat di BEI. Jasin mengatakan pada masa penawaran awal yang berlangsung pada 26-28 September 2017,  dengan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin emisinya (underwriter), saham Kioson ditetapkan di harga Rp 300 per lembar. Sedangkan jumlah saham yang dilepas sebanyak 150 juta atau setara dengan 23,07% dari total saham perusahaan. Alhasil, Kioson berhasil meraup dana segar sebesar Rp 45 miliar.

"Selama proses penawaran saham, Kioson mengalami oversubscribe lebih dari 10 kali jumlah saham yang ditawarkan," ujar Jasin. 

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, harga yang ditawarkan Kioson pada level Rp 300 per lembar sudah cukup tepat. Alasannya, ketika mulai diperdagangkan, harga saham startup tersebut langsung melesat 50% menjadi Rp 450.

"Kalau mahal tidak mungkin langsung naik signifikan sampai sekarang, dari Rp 300 menjadi Rp 450 per lembar," ujar Reza.

Jasin kembali menjelaskan, alasan perusahaan mencari pendanaan di bursa karena ingin investor retail juga menikmati investasi di perusahaan berbasis digital. Selama ini, keuntungan perusahaan digital hanya dinikmati perusahaan besar yang menjadi penyuntik modal di dalamnya. Selain itu, Kioson juga tidak mencapai kesepakatan dengan perusahaan modal ventura terkait dengan kepemilikan saham.

Jasin menuturkan, Kioson berencana menggunakan 75,95% dana IPO untuk mengakuisisi PT Narindo Solusi, perusahaan agregator e-voucher yang telah memiliki banyak pelanggan dari perusahaan e-commerce besar. Narindo sendiri diklaim memiliki pendapatan sekitar Rp 400 miliar sampai dengan April 2017 ini.

Di tahun 2018, Narindo ditargetkan dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 2 triliun. Adapun, rencana akuisisi ini akan dilangsungkan pada pekan depan. Dengan demikian, jaringan Kioson di daerah pun akan semakin kuar dan profitabilitas Narindo dapat memperkuat bottom line Kioson itu sendiri.

Komisaris Kioson Roby Tan menjelaskan, Kioson ini merupakan e-commerce yang akan menghubungkan pembeli dengan kebutuhan akan barang yang diperlukan melalui mitra-mitra kios yang ada. Dirinya menjelaskan, Kioson melayani segmen pasar di daerah-daerah terpencil untuk melayani masyarakat yang belum memiliki akun perbankan. Dengan demikian, sistem pengambilan barang dan pembayaran bisa dilakukan di kios mitra tersebut.

"Kioson menciptakan suatu platform agar masyarakat bisa belanja online dan melakukan pembayaran," ujarnya.

Adapun omset Kioson mencapai Rp 25,9 miliar atau naik 445% dibanding posisi sama tahun lalu. Sementara itu, beban pokok penjualan meningkat 398% menjadi Rp 25,5 miliar. Dengan perkembangan tersebut, perusahaan masih belum mencetak laba. Kioson membukukan kerugian sebesar Rp 4,4 miliar.

Reporter: Miftah Ardhian