Batal Diakuisisi Charoen Pokphand, Saham Induk 7-Eleven Anjlok 12%

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Pingit Aria
5/6/2017, 17.34 WIB

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) batal mengakuisisi gerai 7-eleven. Saham PT Modern Internasional Tbk (MDRN) yang merupakan induk 7-Eleven di Indonesia pun melorot tajam.

‎‎"Pembatalan karena tidak tercapainya kesepakatan atas pihak-pihak yang berkepentingan,"   kata Direktur Modern Internasional Chandra Wijaya seperti dikutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 5 Juni 2017.

Surat tersebut lanjut manajemen, juga ditujukan untuk merespons Surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No S-500/PM.221/2017 tentang perubahan dan tambahan informasi mengenai rencana transaksi Material PT Modern Internasional. Karena ada pembatalan, secara otomatis pembelian itu tidak akan dimasukan ke dalam aksi korporasi perusahaan. 

(Baca juga:  Charoen Pokphand Akuisisi 7-Eleven Senilai Rp 1 Triliun)

Mengutip data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham MDRN hari ini ditutup anjlok hingga 12,07 persen atau 7 poin ke Rp 51. Saham MDRN sempat menyentuh level tertingginya di Rp 59.

Saham MDRN ditransaksikan sebanyak 1.662 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 1.206.737 saham senilai Rp 6,43 miliar.

Secara bersamaan, saham CPIN juga melemah 10 poin atau 0,32 persen ke Rp 3.110. Saham CPIN sempat menyentuh level tertingginya di Rp 3.170 dan terendahnya di Rp 3.090.

Saham CPIN ditransaksikan sebanyak 1.601 kali dengan total volume perdagangan sebanyak 45.277 saham senilai Rp 14,18 miliar.

Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, pelaku pasar merespons negatif kabar pembatalan aksi koorporasi ini. Sebelumnya investor berharap ada penjualan anak usaha Modern Internasional kepada Charoen Pokphand maka akan membantu perseroan dari segi pendanaan.

(Baca juga: CIMB Kuasai 10 Persen Saham Modern Internasional)

Dana hasil penjualan Modern Sevel Indonesia, menurut Reza, dapat digunakan untuk melunasi utang, belanja modal dan biaya operasional. Oleh karena ada harapan itu, menurut Reza sempat membuat harga saham PT Modern Internasional Tbk melonjak pada Maret 2017.

Batalnya transaksi ini membuat pelaku pasar mengkhawatirkan bisnis PT Modern Internasional Tbk ke depan. "Investor jadi khawatir pendanaan dari mana misalkan untuk bayar utang, dan biaya operasional modern internasional," kata dia.

Reza menilai saat ini persaingan bisnis minimarket memang cukup ketat. Sebab, di Indonesia, 7-Eleven harus bersaing dengan Indomaret dan Alfamart yang lebih besar ekspansinya. Selain itu, 7-Eleven juga terpukul oleh larangan minimarket menjual minuman beralkohol.

Reza memperkirakan, harga saham Modern Internasional berpotensi melemah ke depan. "Kecuali bila manajemen mengumumkan strategi baru yang dapat diterima pelaku pasar," tutur Reza.