KATADATA ? Pasar saham Indonesia turun paling tajam dibandingkan bursa sekawasan. Penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) kali ini sekaligus yang terburuk sejak Jokowi Widodo menduduki kursi kepresidenan.
Sinyal perlambatan ekonomi di dalam negeri yang dibarengi kinerja buruk sejumlah emiten pada kuartal I-2015 membuat IHSG mencapai titik terendah sejak awal tahun. Hingga penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG berada di posisi 5193,4 atau turun 0,99 persen dibandingkan penutupan kemarin. Turunnya indeks hari ini, Selasa (28/4) merupakan kelanjutan penurunan yang terjadi sejak sepekan lalu.
Pada perdagangan kemarin, IHSG tercatat turun 3,5 persen, sekaligus menjadi penurunan paling tajam sejak Joko Widodo menduduki kursi kepresidenan.
Hingga siang ini, IHSG tercatat sudah minus 0,65 persen dibandingkan posisi pada akhir 2014. Ini sekaligus mencatatkan bursa Jakarta sebagai salah satu indeks dengan kinerja terendah dibandingkan bursa sekawasan. Bursa Shenzhen tercatat sebagai yang kinerjanya tertinggi di kawasan, yakni tumbuh 57 persen. Kemudian diikuti bursa Shanghai yang tumbuh 40 persen.
Sementara bursa Singapura dan Malaysia masing-masing mencatatkan kenaikan 4 persen dan 5 persen sejak awal tahun. (Baca: Jokowi Dilantik, IHSG dan Rupiah Melambung)
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, penurunan indeks disebabkan persepsi pelaku pasar terhadap kinerja keuangan sejumlah perusahaan. ?Kebanyakan investor punya ekspektasi laba perusahaan yang lebih tinggi. Ternyata kuartal I banyak laba (perusahaan) yang di bawah perkiraan,? kata dia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (28/4).
Laporan kinerja keuangan sejumlah emiten dengan kapitalisasi pasar besar mencatatkan kinerja yang buruk pada tiga bulan pertama tahun ini. Astra International, misalnya, mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 16 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.(Baca: Pelemahan KPK Mulai Pengaruhi Pasar)
Begitu pula dengan Bank Mandiri yang laba bersihnya hanya tumbuh 4,3 persen, dibandingkan sebesar 14,5 persen pada tahun lalu. Sementara laba bersih Jasa Marga turun 12,38 persen dibandingkan kuartal I-2014 dari Rp 376 miliar menjadi Rp 329 miliar.
Buruknya kinerja sejumlah emiten sejalan dengan sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi. Belum berjalannya proyek infrastruktur yang digadang-gadang oleh pemerintah, menurunkan ekspektasi pelaku pasar. Apalagi, pada tahun lalu IHSG naik cukup tinggi, karena harapan bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terdongkrak oleh proyek infrastruktur.
(Baca: IHSG Turun Setelah Gugatan Budi Gunawan Dikabulkan)
?Karena barang kali ekspektasi pasar proyek infrastruktur akan menumbuhkan ekonomi tidak terpenuhi, ya akan ada koreksi (terhadap IHSG),? ujar Kepala Desk Hubungan Investor PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Ninis Kesuma Adrian.
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su menyebut, indikasi perlambatan ekonomi pada kuartal I direspons negatif oleh pasar. Investor sebelumnya memperkirakan akan ada perbaikan ekonomi, setelah pemerintah menyelesaikan revisi APBN-P 2015 pada Februari lalu. Apalagi, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan ada selisih antara target dan penerimaan pajak.
?Tidak ada growth untuk kuartal I ini, semuanya slowdown, itu berpengaruh (ke IHSG),? ujarnya kepada Katadata.