KATADATA ? Rencana Kementerian Perindustrian membatasi investasi pabrik baru semen, mulai pengaruhi saham emiten di sektor ini. Pada perdagangan hari ini, saham PT Semen Indonesia Tbk. dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. turun 1,17 persen dan 0,31 persen.
Analis Ascend Agus Susanto Benzaenuri mengatakan rencana pembatasan investasi industri semen ini sudah mulai dikhawatirkan pasar. Ini terlihat dengan penurunan harga saham emiten yang paling likuid, yakni Semen Indonesia dan Indocement. Meski saham emiten semen lain PT Holcim Indonesia Tbk. dan PT Semen Baturaja Tbk. hari ini masih positif, tidak menutup kemungkinan nantinya dua perusahaan tersebut akan terimbas nantinya.
Kebijakan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja emiten saham di masa depan. Jika harga semen naik diikuti dengan peningkatan volume penjualan, maka saham bisa positif seiring pendapatan yang tetap tumbuh. Namun sebaliknya, jika pendapatannya tidak naik bahkan labanya berkurang, maka harga sahamnya juga akan turun.
Dengan pembatasan investasi, perusahaan semen akan sulit meningkatkan pendapatannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menaikkan harga produknya. Ini dilakukan agar nilai penjualannya bisa naik, meski volume produk yang dijual tetap. Dia memperkirakan produsen semen akan kembali menaikkan harga sebesar Rp 2.000 ? Rp 3.000 per sak.
"Biaya (produksi) naik, maka laba cenderung turun jika pendapatan tidak naik. Lagipula harga semen dasar kan sudah diturunkan Rp 3.000 per sak, beberapa waktu lalu," kata Agus saat dihubungi Katadata, Selasa (10/2).
Menurut Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto, turunnya harga saham Semen Indonesia dan Indocement hari ini bukan disebabkan oleh rencana pemerintah tersebut. Kebijakan ini baru akan berpengaruh terhadap saham perusahaan semen pada dua sampai tiga bulan ke depan. Sebab, peningkatan permintaan baru akan terlihat pada periode tersebut.
Meski begitu, dia sepakat bahwa langkah pemerintah ini akan menghambat perusahaan mendapat keuntungan lebih besar. Jika permintaan meningkat, sementara produksi stagnan, maka yang akan diuntungkan adalah perusahaan semen asing yang mengimpor produknya.
"Kesempatan untuk mendapat keuntungan lebih besar menjadi berkurang. Mereka (produsen semen sudah dibatasi menentukan harga, lalu mau meningkatkan (keuntungan) dengan apa lagi?" ujarnya.
Dia menyayangkan langkah pemerintah yang berencana untuk membatasi investasi ini. Menurut dia, rencana ini tak sejalan dengan upaya pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur. Sebab, pembangunan infrastruktur membutuhkan semen yang lebih besar dari yang bisa diproduksi industri semen nasional saat ini.