IPO Blue Bird Terkendala Kasus Hukum dan Valuasi Saham

Bluebird KATADATA|Arief Kamaludin
Taksi Bluebird
Penulis:
Editor: Arsip
23/10/2014, 14.02 WIB

KATADATA ? Penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) perusahaan transportasi, PT Blue Bird, terkendala kasus hukum dan harga saham yang terlalu mahal. Selain jadwal IPO yang berpotensi tertunda karena masih dalam proses kajian Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perseroan juga menciutkan jumlah saham yang ditawarkan.

Sebelumnya, salah seorang pemegang saham PT Blue Bird Taxi Mintarsih A Latief mengajukan permohonan pembatalan rencana IPO perusahaan taxi tersebut ke OJK. Karena perusahaan tidak mencantumkan kata ?Taxi? pada nama perusahaan.  Menurutnya, data dan keterangan yang disampaikan manajemen Blue Bird keliru dan dianggap melanggar Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.

Untuk itu, OJK kini mengkaji ada tidaknya pelanggaran IPO Blue Bird berdasarkan laporan salah satu investor perseroan tersebut. Jika terbukti dilakukan, OJK dapat membatalkan rencana operator taksi ini untuk IPO pada 3 November nanti. Sayangnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida belum mau berkomentar banyak mengenai kajiannya ini.

?Saya belum mau berkomentar dulu, karena masih diproses. Kami akan proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang pasar modal,? ujarnya, kepada Katadata, Kamis (23/10).

Dalam rencana IPO ini, Blue Bird merevisi harga saham menjadi Rp 6.500 per saham, dari sebelumnya Rp 7.200-Rp 9.300 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan juga diubah dari 531,4 juta lembar saham atau setara 20 persen, menjadi 376,5 juta lembar atau 14,2 persen. Target dana segar yang diperoleh pun turun menjadi Rp 2,4 triliun, dari sebelumnya Rp 4,94 triliun.

Berdasarkan riset PT KDB Daewoo Securities Indonesia menyebut rasio harga terhadap laba bersih per saham (price to earningratio/PE) Blue Bird relatif lebih tinggi dibandingkan PT Ekspress Transindo Tbk. Namun, hal ini dianggap wajar, karena imbal hasil ekuitas Blue Bird lebih besar.

Pangsa pasar dan kapitalisasi pasar Blue Bird juga lebih besar dibandingkan Ekspress. Selain itu, kinerja Blue Bird juga dinilai akan baik, lantaran pertumbuhan  penumpang  cukup tinggi yakni 12,3 persen pada periode 2007 dan 2011.

KDB Daewoo memperkirakan pertumbuhan penumpang Blue Bird akan lebih tinggi lagi dalam 5 tahun mendatang. Terlebih tingkat penetrasi taksi di Jakarta masih lebih rendah dibandingkan kota-kota beberapa negara Asia. Penetrasi jumlah taksi di Jakarta hanya 1,4 taksi per seribu orang, sedangkan Hongkong mencapai 2,5, Singapura 5,3 dan Bangkok 10,2 taksi per seribu orang.

Reporter: Desy Setyowati