Asing Lepas Saham, IHSG Sesi Satu Berakhir di Zona Merah

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Ilustrasi. IHSG turun seiring aksi investor asing yang melepaskan portofolio saham.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti
27/5/2020, 13.00 WIB

Indeks harga saham gabungan pada sesi pertama perdagangan hari ini, Rabu (27/5),  ditutup turun tipis 0,06 poin ke level 4.626,73. IHSG turun seiring aksi investor asing yang melepaskan portofolio saham.

 Sepanjang sesi pertama, tercatat total volume saham yang diperdagangkan tercatat sebanyak 4,4 miliar unit dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,04 triliun. Ada 179 saham naik, 164 saham turun, dan 151 saham tidak berubah.

Modal asing pada sesi satu ini tercatat mengalir keluar dengan nilai jual bersih atau net sell mencapai Rp 277,26 miliar di seluruh pasar. Asing banyak melepas saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk  dengan net sell mencapai Rp 118,26 miliar. Harga saham emiten berkode TLKM ini pun turun 2,46% menjadi Rp 3.170 per saham.

Anjloknya harga saham TLKM membuat harga saham-saham di sektor infrastruktur secara keseluruhan turun 1,16%. Padahal, beberapa saham di sektor ini, bergerak di zona hijau. Harga saham  PT Jasa Marga Tbk atau JSMR naik 1,27% menjadi Rp 3.990 dan PT XL Axiata Tbk atau EXCL naik hingga 2,88% menjadi Rp 2.500.

Sementara itu, harga saham-saham di sektor industri dasar tercatat naik paling tinggi mencapai 1,02%. Beberapa saham yang mampu mendorong kenaikan tersebut, yakni PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk dan PT Semen Indonesia Tbk. Harga saham CPIN naik 2,68% menjadi Rp 4.990 per saham, sedangkan SMGR naik 4,66% menjadi Rp 8.975 per saham.

(Baca: New Normal Diprediksi Dongkrak IHSG, Saham Properti Jadi Rekomendasi)

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai bahwa ketegangan hubungan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok membawa sentimen negatif pada pasar modal. Ketegangan tersebut dinilai berpotensi memicu perang dingin antara kedua negara.

Selain tudingan AS terkait penyebab wabah Covid-19 dan permintaan tanggung jawab Tiongkok, hubungan keduanya makin panas karena AS memasukan 33 perusahaan Tiongkok ke dalam daftar hitam. "Tentu saja hal tersebut membuat Tiongkok murka dan membuat kami semakin khawatir bahwa kesepakatan dagang tahap pertama bisa saja dibatalkan," kata Nico dalam risetnya.

Tiongkok pun akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan perusahaan, sembari menjaga kedaulatan nasional. Negara itu tengah mempersiapkan serangan balik dengan menyiapkan daftar yang sama. Apple dan Qualcomm pun berpotensi masuk daftar hitam Tiongkok.

(Baca: Jokowi Bakal Berlakukan New Normal di Sejumlah Daerah, Ini Syaratnya)

Hubungan dua negara dengan ekonomi terbesar dunia saat ini pun dibumbui dengan memanasnya situasi Tiongkok dengan Hong Kong. Presiden AS Donald Trump mengaku bakal bereaksi sekuat tenaga terkait kesiapan Tiongkok memberlakukan secara efektif Rancangan Undang Undang keamanan nasional yang baru di wilayah pusat keuangan Asia itu.

"Mungkin yang punya kepentingan sudah gerah dengan wabah virus corona, sehingga kurang seru kalau tidak menambah topping ke dalam permasalahan yang menurut kami sudah cukup banyak," kata Nico.

Dari dalam negeri, rencana pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar membawa harapan kembali berjalannya kegiatan ekonomi nasional setelah sempat terpukul pandemi Covid-19. Penerapan normal baru atau new normal dinilai dapat menjadi jalan tengah untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Namun, ada kekhawatiran karena masih tingginya angka terjangkit virus corona di dalam negeri. "Oleh sebab itu, kami menilai bahwa probabilitas kesuksesan saat ini masih di bawah 50%," kata Nico menambahkan.

Reporter: Ihya Ulum Aldin