Kasus Covid-19 di Dunia Terus Bertambah, IHSG Sesi Satu Turun 0,24%
Indeks harga saham gabungan atau IHSG ditutup melemah 0,24% di level 4.906,91 pada perdagangan sesi pertama hari ini, Selasa (23/6). Padahal, IHSG sempat menguat 0,39% menyentuh level 4.938,39.
Laju indeks saham yang variatif namun cenderung melemah itu sesuai dengan prediksi Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus. Berdasarkan analisis teknikal, Nico memprediksi IHSG diperdagangkan pada level 4.843-4.980.
Sentimen yang mempengaruhi perdagangan indeks hari ini berasal dari kekhawatiran gelombang kedua pandemi Covid-19. Lonjakan kasus kembali terjadi di beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Brazil.
"Secara jangka menengah hingga panjang, tentu saja kenaikkan korban yang terinfeksi virus corona akan mempengaruhi pemulihan ekonomi. Ekonomi tidak akan berjalan begitu saja, karena membutuhkan daya beli," kata Nico.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan tingkat pengangguran pada 2020 bisa bertambah sekitar 4-5,5 juta orang akibat pandemi Covid-19. Bahkan pemerintah khawatir jumlah pengangguran terus bertambah pada 2021 hingga mencapai 10,7 juta sampai 12,7 juta orang.
"Hal ini tentunya menunjukan bagaimana dahsyatnya Covid-19 yang dapat melumpuhkan perekonomian. sehingga mendorong melemahnya daya beli," kata Nico.
Mengutip data Worldometers.info per 22 Juni 2020, total kasus Covid-19 mencapai 9,037 juta di seluruh dunia, sedangkan kasus aktif masih tersisa 3,77 juta. Sebanyak 4,8 juta orang berhasil sembuh, sedangkan 469.595 orang meninggal dunia akibat virus tersebut. Lonjakan kasus baru terjadi di Amerika Serikat, Brazil, dan India.
(Baca: IHSG Diramal Turun Sebab Pasar Minim Sentimen, Ini Saham Pilihannya)
Data Perdagangan Indeks Sesi Pertama
Berdasarkan RTI Infokom, total volume saham yang diperdagangkan pada sesi pertama hari ini sebanyak 4,31 miliar unit saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 3,19 triliun. Sejalan dengan turunnya IHSG, tercatat ada 222 saham yang ditutup anjlok, sedangkan 143 saham lainnya menguat, dan 171 saham tidak mengalami perubahan harga.
Sektor yang turun paling signifikan yaitu sektor industri dasar sebesar 1,05%. Saham yang menekan sektor tersebut di antaranya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) yang turun sebesar 1,22% menjadi Rp 1.210 per saham, dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) yang turun 2,19% menjadi Rp 5.575 per saham.
Di sisi lain, saham sektor tambang bergerak menguat sebesar 1,26% sehingga bisa mengerem pelemahan indeks. Kenaikan sektor tersebut disebabkan meroketnya saham berkapitalisasi pasar besar seperti PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang naik hingga 13,17% menjadi Rp 14.175 per saham.
Padahal saham-saham lain di sektor pertambangan bergerak melemah, seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang turun 1,46% menjadi 1.015 per saham. Lalu saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga turun hingga 2,82% menjadi Rp 2.070 per saham.
Investor asing sejauh ini melakukan penjualan dengan nilai bersih (net sell) mencapai Rp 212,49 miliar di pasar reguler. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) kembali dilepas asing dengan net sell Rp 96,4 miliar, membuat saham ini turun 1,56% menjadi Rp 3.150 per saham.