Harga saham Prima Cakrawala Abadi Tbk naik signifikan dalam satu bulan terakhir. Hingga sesi penutupan perdagangan hari ini, Rabu (5/8), harga saham perusahaan berkode emiten PCAR ini telah naik 68,22%. Sebanyak 25,14% saham ini dimiliki PT Asabri.
Bahkan, pada 28 Juli 2020, harga saham ini sempat menyentuh level tertinggi di Rp 440 per saham dan titik terendah terjadi pada 15 Juli sebesar Rp 186 per saham. Adapun pada penutupan sore ini, harga saham PCAR anjlok 6,74% ke level 360 per saham.
Namun jika ditarik lebih jauh ke belakang, harga saham PCAR sepanjang tahun ini atau year to date (ytd) telah terkoreksi 67,27% dari level penutupan 2019 di level Rp 1.100 per saham, dengan level terendah di Rp 162 per saham pada 6 Februari 2020.
Bahkan saham PCAR sempat di suspensi otoritas Bursa pada 9 Januari 2020 lantaran terjadi penurunan harga saham kumulatif yang signifikan. Ketika itu harga saham PCAR longsor hingga 70%. Kembali dibuka oleh BEI pada 22 Januari.
Analis CSA Research Institute, Reza Priyambada, mengatakan mayoritas emiten harga sahamnya turun. Sebab kinerja emiten juga menurun imbas penyebaran virus corona atau Covid-19. “Penurunan kinerja berimbas kepada harga sahamnya,” kata Reza kepada Katadata.co.id, Rabu (5/8).
Menurut Reza, kenaikan harga saham dipengaruhi berbagai faktor pendukung. Seperti pernyataan resmi perusahaan yang memberikan harapan positif kepada investor.
"Misalnya, manajemen emiten akan melakukan kontrak baru atau bekerjasama dengan pihak tertentu. Ini akan berimbas kepada nilai sahamnya dengan adanya berita tersebut," kata dia.
Namun, jika harga saham naik signifikan tanpa adanya perbaikan kinerja, maka patut dipertanyakan. Dia mencurigai kenaikan saham PCAR 68% dalam sebulan lantaran ada pihak yang memanfaatkan kejatuhan harga saham. “Ini harus dipertanyakan kalo misalkan tak ada berita dan statement apapun dari manajemen,” jelasnya.
Sementara itu, melalui keterbukaan infromasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary Prima Cakrawala, Baradian Ferry menyatakan perusahaan tidak mengetahui penyebab lonjakan harga sahamnya. “Perseroan tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu,” katanya.
Selain itu, perseroan juga tidak memiliki rencana untuk melakukan aksi korporasi dalam waktu dekat, termasuk rencana korporasi yang akan berakibat terhadap pencatatan saham di Bursa. “Setidaknya selama tiga bulan ke depan,” ujarnya
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, Asabri berinvestasi pada saham PCAR mulai 28 November 2018. Pada awalnya, perusahaan tercatat memegang 67 juta lembar saham atau setara 5,79% porsi kepemilikan.
Jumlah saham PCAR yang dikempit Asabri terus bertambah hingga nyaris mencapai 323 juta lembar saham atau 27,68% porsi kepemilikan pada 11 Desember 2018. Setelah itu, perusahaan tercatat melepas sedikit demi sedikit sahamnya hingga terakhir memegang 293 juta lembar saham atau 25,14% porsi kepemilikan.
Adapun kinerja emiten pengolah rajungan ini pada semester satu 2020 membukukan pendapatan Rp 23,40 miliar. Akan tetapi, emiten ini malah mencatat kerugian hingga Rp 9,65 miliar atau naik lebih dari 50% dibanding kerugian Juni tahun lalu sebesar Rp 4,2 miliar.