Sepekan ini, gairah perusahaan menggalang dana di bursa saham Indonesia kembali bergeliat. Ada tujuh perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana ke publik (initial public offering/IPO). Semua perusahaan yang IPO pekan ini mencetak kenaikan harga saham signifikan.
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, jumlah IPO pada pekan ini menjadi yang terbanyak dalam sepekan pada 2020, hingga berita ini ditulis. Mendekati jumlah IPO pekan ini, ada sebanyak 5 perusahaan baru melantai di pasar saham pada periode pekan 6-10 April 2020.
"Di saat tekanan bisnis meninggi, maka pendanaan melalui utang jadi lbh berisiko, pilihan lainnya adalah IPO," kata Analis Panin Sekuritas William Hartanto, kepada Katadata.co.id, Jumat (11/9)
IPO pekan ini dimulai tiga perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada Senin (7/9). Ketiga emiten ini adalah PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS), PT Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI), dan PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP).
PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) melepas 160 juta unit saham baru ke publik atau setara 20% di harga Rp 300 per saham, dengan total raupan dana Rp 48 miliar. Pada perdagangan pertamanya, saham KMDS langsung meroket 24,67% menjadi Rp 374 per saham. Kenaikan signifikan ini berlanjut pada dua hari setelahnya, masing-masing sebesar 24,6% di Rp 466 per saham dan 24,46% di Rp 580 per saham.
Pada perdagangan Kamis (10/9), saham KMDS berhasil ditutup menguat juga meski penguatan mulai terbatas di 3,45% menjadi Rp 600 per saham. Sedangkan pada perdagangan hari ini, sejauh berita ditulis, sahamnya sudah anjlok 6,67% menjadi di harga Rp 560 per saham. Sejak melantai di pasar modal hingga hari ini, saham KMDS tercatat menguat 86,67%.
Perusahaan kedua yang masuk bursa di hari Senin adalah Bank Bisnis Internasional, yang melepas 394,76 unit saham baru ke publik atau setara 15% di harga Rp 480 per saham. Dari aksi korporasinya ini, BBSI berhasil meraup dana Rp 189,48 miliar.
Seperti emiten sebelumnya, saham BBSI pun langsung meroket 25% menjadi Rp 600 per saham saat dibuka pada perdagangan perdana. Kenaikan masih berlanjut hingga dua hari setelahnya, masing-masing naik 25% di harga Rp 750 per saham dan 11,33% di Rp 835 per saham.
Namun, kemarin sahamnya ditutup anjlok hingga 6,59% menjadi ada di harga Rp 780 per saham. Hari ini pun, sahamnya kembali bergerak di zona merah dengan turun 6,41% di harga Rp 730 per saham hingga berita ini ditulis. Dengan catatan tersebut, saham BBSI mampu menguat 52,08% sejak perusahaan menginjakkan kaki di lantai bursa.
Selaras Citra Nusantara yang merupakan perusahaan produk rumah tangga melepas 500 juta unit saham baru ke publik atau setara 20% di harga Rp 110 per saham dan berhasil meraup Rp 55 miliar di pasar saham. Pada hari perdana perdagangan, sahamnya langsung meroket hingga 34,55% menjadi Rp 148 per saham.
Dua hari kemudian, saham ini masih meningkat signifikan masing-masing sebesar 34,46% di Rp 199 per saham dan 34,67% di Rp 268 per saham. Meski kemarin sahamnya turun hingga 6,72% menjadi Rp 250 per saham, tapi rentang harganya masih di atas harga IPO. Dengan catatan ini, saham SCNP pun mampu menguat hingga 112,73% sejak masuk bursa hingga perdagangan hari ini.
Ketiga perusahaan yang IPO di awal pekan tersebut merupakan emiten 38, 39, dan 40, yang masuk di bursa saham sejak awal tahun. Jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI tiap tahun bisa dilihat di databoks berikut:
Hari kedua pekan ini diwarnai dengan dua perusahaan yang IPO, yakni PT Soho Global Health Tbk (SOHO) dan PT Puri Global Sukses Tbk (PURI).
Soho, perusahaan yang menjalankan bisnis kesehatan melepas 114,38 juta unit saham, setara 13,78% di harga Rp 1.820 per saham. Karenanya, SOHO mampu meraup dana IPO mencapai Rp 208,17 miliar. Saham SOHO sejak IPO hingga hari ini, berada dalam tren penguatan signifikan.
Pada hari pertama dan kedua ada di lantai bursa, saham Soho menguat 24,73% di Rp 2.270 per saham dan 24,67% di Rp 2.830 per saham. Lalu, kemarin ditutup naik 24,73% di Rp 3.530 per saham. Hari ini, sudah naik 24,93% di Rp 4.410 per saham. Artinya, saham SOHO mampu menguat hingga 142,31% dari perdagangan perdananya di pasar modal.
Perusahaan properti Puri Global masuk bursa dengan melepas 200 juta unit saham baru atau setara 20% di harga 170 per saham dan mampu meraup dana Rp 34 miliar. Pada tiga hari perdagangan awal di Bursa, saham Puri bergerak naik 34,12% di harga Rp 228 per saham pada Selasa, 24,56% keesokan harinya, dan 24,65% pada Kamis ke level Rp 354 per saham.
Namun, sejauh perdagangan hari ini, sahamnya bergerak turun 2,82% di Rp 344 per saham.Sejak perdagangan perdananya di pasar modal, saham PURI tercatat sudah menguat hingga 102,35% hingga sejauh perdagangan hari ini berjalan.
Kemarin, Kamis (11/9) dua perusahaan resmi mencatatkan sahamnya di BEI. PT Rockfields Properti Indonesia Tbk (ROCK) dan PT Grand House Mulia Tbk (HOMI) menjadi emiten ke 43 dan 44 yang masuk bursa saham tahun ini.
Rockfields melepas 287,03 juta unit saham atau 20% ke publik di harga Rp 1.340 per saham. ROCK pun meraup dana Rp 384,62 miliar dari aksi korporasinya ini. Saham ROCK kemarin ditutup menguat hingga 25% menyentuh Rp 1.675 per saham. Kenaikan tersebut kembali terjadi pada perdagangan hari ini dengan penguatan 24,78% di Rp 2.090 per saham. Artinya, dalam dua hari melantai, saham ROCK mampu naik 55,97%.
Grand House Mulia menjadi emiten terakhir yang IPO pekan ini. perusahaan properti ini melepas 157,5 juta unit saham baru ke publik atau setara 20% di harga Rp 380 per saham. Dengan begitu, HOMI mampu meraup Rp 59,85 miliar dari pasar modal dalam negeri.
Saham HOMI pada perdagangan perdananya ditutup naik 24,74% di harga Rp 474 per saham. Hari ini kenaikan itu berlanjut 24,47% menjadi Rp 590 per saham. Artinya saham HOMI sudah menguat 55,26% sejak melantai.
Rinciannya bisa dilihat di tabel databoks di bawah ini:
Sepanjang tahun ini tercatat lebih banyak banyak perusahaan yang IPO dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hingga 11 September 2020, tercatat sudah ada 44 emiten baru, sedangkan tahun lalu masih 38 perusahaan sampai akhir September.
Analis CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan ada kebutuhan permodalan yang cukup besar di tengah kondisi krisis ini, agar perusahaan bisa melakukan ekspansi. Langkah perusahaan dalam menggalang dana untuk kebutuhan tersebut, salah satu alternatifnya adalah IPO.
Meski pandemi masih menyelimuti setiap kegiatan, dunia usaha dipaksa untuk mempertahankan operasionalnya. "Hal ini yang membuat kebutuhan akan pendanaan harus tetap berlanjut juga," kata Reza ketika dihubungi oleh Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, ada potensi dana yang ditargetkan perusahaan tidak mampu diserap oleh pelaku pasar modal. Namun, sekuritas yang menjadi penjamin efek melihat animo pelaku pasar modal masih tetap ada. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh perusahaan dan sekuritas untuk mencari dana lewat IPO.