Indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam sepekan ini, 9-13 November 2020, mengalami kenaikan 2,35% menjadi di level 5.461,05. Selain itu, yang jarang terjadi sepanjang tahun ini investor asing mulai mengalirkan kembali dananya masuk ke pasar saham Tanah Air.
Berdasarkan data RTI Infokom, sepanjang pekan ini investor asing melakukan pembelian saham dengan total Rp 17,7 triliun, dan transaksi jual Rp 13,2 triliun. Sehingga, nilai bersih pembelian asing (net buy) di pasar reguler saham senilai Rp 4,45 triliun.
Nilai transaksi net buy asing ini berkontribusi besar pada rekapitulasi perdagangan asing dalam satu bulan, yang tercatat net buy Rp 4,48 triliun. Namun, belum mampu menutupi aksi jual asing yang terjadi sepanjang tahun ini.
Transaksi asing di pasar modal sejak awal tahun tercatat lebih banyak melakukan jual. Nilai jual bersih (net sell) asing sepanjang tahun ini tercatat Rp 57,36 triliun. Sedangkan dalam enam bulan terakhir nilai net sell-nya tercatat Rp 34,98 triliun di pasar reguler.
Saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar besar, menjadi incaran investor asing sepekan ini. Dari lima besar saham yang paling banyak di beli asing, empat di antaranya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikas Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Satu saham lainnya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Paling besar, investor asing memborong saham BRI dengan nilai beli bersih Rp 2,8 triliun. Saham ini naik 12,36% dalam sepekan menjadi Rp 4.000 per saham. Dalam waktu sepekan ini, saham bank yang fokus pada pemberian kredit kepada UMKM ini, diperdagangkan dengan total nilai transaksi Rp 6,9 triliun oleh seluruh investor. Total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 1,8 miliar unit saham dengan frekuensi 233 ribu kali.
Saham berikutnya yang juga dibeli oleh investor asing sepekan ini adalah Bank BCA dengan nilai bersih mencapai Rp 1,7 triliun. Saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini pun bergerak menguat 1,43% sepekan menjadi di harga Rp 31.950 per saham.
Saham bank swasta milik grup Djarum ini diperdagangkan sebanyak 95 ribu kali dengan total saham sebanyak 114,1 juta unit saham, baik investor asing maupun domestik. Nilai transaksi pada saham BBCA sepekan ini totalnya mencapai Rp 3,7 triliun.
Begitu juga dengan saham Telkom yang diborong asing dengan nilai bersih mencapai Rp 816,8 miliar dalam sepekan ini. Saham ini pun tercatat mengalami penguatan hingga 5,65% menjadi Rp 2.990 per saham dalam sepekan.
Tercatat, saham perusahaan milik pemerintah ini diperdagangkan sebanyak 160 ribu kali dengan total volume mencapai 1,2 miliar unit saham oleh seluruh investor. Total nilai transaksi pada saham TLKM ini dalam sepekan mencapai Rp 3,7 triliun.
Saham perusahaan milik pemerintah lainnya yang diborong asing sepekan ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan nilai beli bersih Rp 344,8 miliar. Saham Bank Mandiri tercatat menguat hingga 3,31% menjadi di harga Rp 6.250 per saham dalam sepekan.
Investor domestik maupun asing, tercatat mentransaksikan saham BMRI sebanyak 398,5 juta unit saham sebanyak 74 ribu kali. Nilai transaksinya dalam sepekan mencapai Rp 2,5 triliun.
Di urutan berikutnya sebagai saham yang laris diborong asing sepekan ini adalah PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan nilai beli bersih mencapai Rp 218,6 miliar. Saham produsen semen milik pemerintah ini pun tercatat mengalami kenaikan hingga 8,21% sepekan menjadi berada di harga Rp 1.120 per saham.
Saham berkode emiten SMGR ini ditransaksikan dengan total nilai mencapai Rp 444,7 miliar oleh seluruh investor. Nilai tersebut berasal dari investor yang melakukan jual-beli saham Semen Indonesia sebanyak 41,2 juta unit saham dan dengan frekuensi 22 ribu kali dalam sepekan.
Terpengaruh Pilpres Amerika Serikat
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya menilai masuknya investor asing ke pasar saham Tanah Air sejalan dengan kemenangan Joe Biden sebagai Presiden Amerika Serikat dalam ajang Pilpres yang digelar 3 November 2020 waktu setempat. Karena sejak kemenangan Biden, aliran modal asing berbondong-bondong masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Pembalikan signifikan (investor asing masuk ke pasar saham) dimulai sejak 4 November. Sejak saat itu, asing masuk ke emerging market, termasuk Indonesia," kata Hariyanto dalam paparan secara virtual, Jumat (13/11).
Meski begitu, Hariyanto mengatakan, investor asing saat ini masuk ke pasar saham dalam negeri dalam bentuk passive manage fund melalui instrumen exchange traded fund (ETF). Instrumen tersebut merupakan reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek.
"Belum dalam active manage fund. Apa bedanya? Kalau passive, cenderung membeli saham big caps melalui ETF. Ini terlihat dari banyaknya saham big caps yang dibeli, terutama saham-saham bank," kata Hariyanto.
Sementara, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan kemenangan Joe Biden, bisa membuat aliran dana keluar dari negara Paman Sam tersebut. Biden berpotensi membuat kebijakan untuk meningkatkan pajak perusahaan di AS.
"Kalau pajak tinggi, akan membebani kinerja emiten di AS. Berarti negara berkembang akan kecipratan, tidak terkecuali Indonesia yang kecipratan capital inflow. Apalagi ada dukungan omnibus law," ujar Nico.