Investor asing melakukan penjualan saham-sahamnya pada pembukaan perdagangan awal pekan ini, Senin (30/11). Hingga 30 menit setelah perdagangan dibuka, asing sudah melakukan penjualan dengan nilai bersih Rp 449,47 miliar di pasar reguler.
Saham-saham berkapitalisasi pasar besar, menjadi sasaran penjualan investor asing pada perdagangan awal pekan ini. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dilepas asing dengan nilai jual bersih Rp 113,3 miliar. Membuat sahamnya bergerak turun 2,02% di harga Rp 3.390 per saham.
Saham berikutnya yang juga dilepas oleh investor asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang tercatat dilepas asing dengan nilai bersih Rp 47,1 miliar. Saham ini bergerak di zona merah, dengan turun 0,63% menjadi di harga Rp 31.725 per saham.
Ada pula saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang dilego oleh investor asing dengan nilai bersih Rp 39,8 miliar sejauh berita ini ditulis. Saham bank milik negara ini bergerak turun 1,17% menjadi di harga Rp 4.220 per saham.
Investor yang melakukan penjualan ini, sejalan dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan awal hari ini. Pada sekitar pukul 09.30 WIB, IHSG bergerak turun hingga 0,51% menjadi di level 5.753. Berdasarkan data RTI Infokom, terdapat 206 saham yang turun, sementara 176 saham bergerak naik.
Meski begitu, beberapa analis pasar saham memprediksi IHSG hari ini memiliki peluang bergerak naik. Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang memprediksi IHSG hari ini, Senin (30/11) masih melanjutkan kenaikan. Salah satu sentimen positif datang dari berlanjutnya penguatan harga beberapa komoditas.
Harga komoditas yang naik, seperti minyak sawit mentah (CPO) yang naik 3,28%, nikel naik 0,88%, dan timah naik 0,77%. Hal ini berpotensi mengungkit saham di bawah komoditas tersebut, di antaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah tbk (TINS).
"Serta, berlanjutnya net buy investor asing berpotensi menjadi sentimen positif pendorong naik IHSG," kata Edwin. Berdasarkan analisisnya, hari ini IHSG ada di rentang antara 5.742 hingga 5.832.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya mengatakan harga CPO yang menguntungkan akan terus berlanjut karena gangguan kombinasi. Ia menjelaskan, cuaca La Nina dan permintaan yang lebih tinggi dari India yang menurunkan tarif pajak impor CPO, akan meningkatkan permintaan dan harga CPO.
"Kami memperkirakan IHSG hari ini akan diperdagangkan lebih tinggi. Selain itu, kenaikan karena transisi Presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden, meningkatkan selera risiko investor," kata Hariyanto menambahkan.
Tim riset Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG hari ini bergerak menguat mengikuti beberapa sentimen regional. Meski begitu, kenaikan ini tetap masih memiliki risiko turun karena aksi pelaku pasar yang mengambil untung saat sudah mengalami kenaikan signifikan.
Sentimen yang diperkirakan mampu mempengaruhi pasar datang dari Amerika Serikat terkait dengan risiko politik akibat konflik dari pemilu yaitu transisi pergantian presiden Donald Trump ke Joe Biden. "Selain itu, pasar dipengaruhi optimisme dari perkembangan vaksin Covid-19," dikutip dari riset Samuel Sekuritas.
Dari dalam negeri, kasus harian Covid-19 mencatatkan rekor baru pada Minggu (29/11) dengan penambahan 6.267 kasus baru. Rasio dari kasus terkonfirmasi atau jumlah specimen test mencapai 20,2%. Saat ini akumulasi kasus covid-19 berjumlah 534.266 kasus, dengan pasien sembuh sebanyak 445.793 pasien, 83,5% tingkat kesembuhan (recovery rate).
"Dengan kembali melonjaknya kasus Covid-19, dikhawatirkan pemerintah akan kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat," kata tim riset tersebut.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai IHSG sepekan ini berpeluang konsolidasi dengan potensi meneruskan penguatan yang terjadi sepanjang pekan lalu. Menurutnya, IHSG pekan ini bergerak dengan support di level 5.669-5.427 dan resistance di level 5.800-5.900.
"IHSG berpeluang konsolidasi melanjutkan penguatan di pekan ini, tetapi mulai sangat berisiko mengalami aksi ambil untung mengingat kenaikkan yang hampir tanpa koreksi berarti," kata Hans dalam keterangan tertulis, Minggu (29/11).
Saat ini pasar keuangan sangat optimis dengan skenario vaksin tersedia secara bertahap tahun depan dan ekonomi kembali normal. Diawali vaksin Pfizer dan BioNTech mengatakan uji vaksin efektif 95% melawan virus corona.
Sesudah itu ada perusahaan Moderna yang mengklaim vaksin yang dikembangkan punya kemanjuran 94,5% vaksin lawan Covid-19. Sesudah itu ada Vaksin AstraZeneca dan Oxford asal Inggris yang merilis keberhasilan membuat vaksin dengan tingkat efektivitas 70% melawan Covid-19 sesudah uji fase ke-3.
"Kehadiran vaksin membuat pasar saham sangat optimis akan pemulihan ekonomi akan segera terjadi," kata Hans.
Kehadiran vaksin ini membuat kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia meningkat. Hal ini ditambah IMF yang mengakui, dari kelompok G-20, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 adalah yang terbaik kedua setelah Tiongkok.
Data menunjukkan sejak 1 Oktober 2020 ada aliran dana gabungan senilai US$ 48 Miliar masuk ke Sembilan bursa saham. Kesembilan bursa itu adalah Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
"Optimisme investor ritel ditambah aliran dana asing membuat IHSG terlihat menguat dari awal Oktober sampai saat ini," ujar Hans.