Saham-saham perusahaan yang menggeluti bisnis batu bara tercatat kompak mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir. Kenaikan ini dipengaruhi oleh harga batu bara yang terus pulih di tengah situasi pandemi Covid-19.
"Kenaikan harga saham batu bara cukup sensitif terhadap kenaikan harga batu bara global," kata Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu kepada Katadata.co.id, Kamis (3/12).
Kenaikan harga batu bara seiring musim dingin yang terjadi pada kuartal keempat tiap tahunnya. Kondisi ini membuat permintaan batu bara meningkat, sehingga terjadi kenaikan harga. Khusus tahun ini, di tengah penurunan harga batu bara pada awal tahun karena pandemi Covid-19, harga batu bara akhir tahun tampaknya mulai bangkit lagi.
Harga batu bara kontrak future batu bara termal Newcastle mengalami tren kenaikan. Pada 13 Oktober 2020, harga kontrak yang aktif diperdagangkan senilai US$ 53,65 per ton. Namun, pada perdagangan 2 Desember 2020, harganya sudah mencapai US$ 71,45 per ton. Artinya ada kenaikan hingga 33,17% harga batu bara.
Kenaikan harga batu bara pada tahun ini, bukan hanya disebabkan oleh faktor musim dingin, melainkan juga karena ekspektasi pemulihan ekonomi di Tiongkok. Selama ini Tiongkok merupakan salah satu konsumen terbesar batu bara Indonesia.
Mempertimbangkan hal tersebut, Dessy menilai kenaikan harga saham perusahaan batu bara ke depan masih akan berlanjut, setidaknya hingga akhir tahun ini. "Ini akan berkorelasi positif terhadap emiten batu bara di indeks harga saham gabungan (IHSG)," ujarnya.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga mengatakan menguatnya harga saham emiten batu bara sudah menjadi tren setiap akhir tahun. Secara historis memang tiap akhir tahun, saham-saham dari sektor batu bara memang mengalami penguatan. Siklus ini pun masih akan berlanjut hingga setidaknya tutup tahun ini.
"Siklus kenaikan saham batu bara disebabkan oleh harga batu bara itu sendiri dan pertumbuhan ekspornya," kata William.
Harga batu bara memang tengah mengalami kenaikan. Harga batu bara acuan alias HBA saja pada Desember 2020 pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) sebesar US$ 59,65 per ton. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 7,07% atau US$ 3,94 per ton dibandingkan November.
Dalam tiga bulan terakhir, pergerakan HBA terus naik setelah hampir sepanjang tahun mengalami kelesuan akibat pandemi Covid-19. Pada Oktober, misalnya, harga batu bara di angka US$ 51 per ton dan bulan sebelumnya hanya di angka US$ 49,42 per ton. Secara keseluruhan, rata-rata harga acuan batu bara sepanjang 2020 sebesar US$ 58,17 per ton.
Peluang Mendongkrak Ekspor ke Tiongkok
Indonesia mendapat komitmen ekspor batu bara ke Tiongkok selama tiga tahun mulai 2021. Nilai komitmennya mencapai US$ 1,46 miliar atau sekitar Rp 20,6 triliun.
Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI-ICMA) telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) pada 25 November 2020. Kebijakan pasokan jangka panjang ekspor batu bara tersebut dapat memfasilitas produsen dalam negeri dengan pembeli Tiongkok.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menyampaikan kesepakatan penjualan batu bara Indonesia ke Negeri Panda akan meningkatkan volume perdagangan. Tahun depan Tiongkok akan membeli 200 juta ton batu bara RI.
"Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama anatara kedua negara," kata Hendra.
Penandatanganan kerja sama antara APBI dengan CCTDA juga dihadiri oleh anggota APBI yang menjadi eksportir batubara ke RRT yaitu Adaro Energy, Bukit Asam, Kideco, Indo Tambangraya Megah, Multi Harapan Utama, Berau dan Toba Bara. Turut hadir pula perwakilan China National Coal Association atau CNCA.
Imbas Kenaikan Harga Terhadap Saham Emiten Batu Bara
Mengamati saham-saham batu bara di pasar modal, William memberikan rekomendasi kepada pelaku pasar untuk memperhatikan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). "Ketiga ini yang biasanya leading di sektor ini," kata William.
Sepanjang periode 3 November 2020 hingga penutupan perdagangan 3 Desember 2020, saham ITMG tercatat mampu naik hingga 80,61% menyentuh harga Rp 14.900 per saham. Saham PTBA naik 25,77% menjadi Rp 2.440 per saham dan saham ADRO mampu naik 21,68% di Rp 1.375 per saham.
Sementara, saham sektor batu bara favorit Dessy yaitu PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Menurutnya harga saham perusahaan milik negara ini mampu menyentuh harga Rp 2.540 per saham sebagai target harga. "Hampir tercapai melihat harga sahamnya yang sekarang," kata Dessy.
Saham-saham batu bara dalam sebulan terakhir memang mengalami peningkatan. Sepanjang periode 3 November 2020 hingga penutupan perdagangan 3 Desember 2020, saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) yang mampu naik hingga 230,65% menjadi di harga Rp 820 per saham.
Saham lainnya yang mengalami kenaikan signifikan yaitu PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) yang harga sahamnya mampu naik 87,62% dalam sebulan terakhir menjadi Rp 197 per saham. Saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga mengalami kenaikan signifikan sebulan terakhir sebesar 74,36% menjadi Rp 408 per saham.
Termasuk saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) yang dalam sebulan mampu naik 50% menjadi Rp 570 per saham. Begitu pula dengan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga menguat hingga 42% dalam sebulan menjadi 71 per saham, bangkit dari jajaran saham gocap.