Disuntik Rp 770 M, Anak Usaha Kalbe Farma Akan Ekspansi ke Pasar Asia

ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Menteri Riset dan Teknologi yang juga Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro (kedua kiri) bersama Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius (kanan) mengunjungi PT Kalbio Global Medika, di Cikarang, Jawa Barat, Jumat (31/1/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
27/1/2021, 14.26 WIB

Anak usaha PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Kalbe Genexine Biologics (KGBio), mendapat suntikan investasi jumbo dari investor global asal Amerika Serikat. Perusahaan finansial General Atlantic menyuntikan modal inti senilai US$ 55 juta atau sekitar Rp 770 miliar (kurs Rp 14.000 per US$).

"Kami menyambut baik kesempatan untuk bekerja sama dengan General Atlantic, sebagai salah satu perusahaan financial investor global khususnya untuk pengembangan life science," kata Presiden Komisaris Kalbe Farma Irawati Setiady dalam siaran pers, Rabu (27/1).

KGBio akan menggunakan dana investasi tersebut untuk pembiayaan uji klinik produk-produk biologi, inovasi, dan perluasan portofolio produk KGBio. Selain itu, perusahaan akan menggunakannya untuk peningkatan kapasitas fasilitas produksi.

Visi KGBio menjadi pemimpin pasar dalam pengembangan obat biologi dan biosimilar di Asia Tenggara. Perusahaan menganggap obat biologi merupakan kategori penting dalam pengembangan obat selama 20 tahun terakhir khususnya imun-onkologi yang menjadi fokus KGBio.

Selama ini KGBio memanfaatkan kekuatan distribusi dan jaringan Kalbe Group untuk memperluas portofolio obat biologi di Asia Tenggara.

Irawaty mengatakan obat biologi merupakan salah satu pendorong pertumbuhan Kalbe Farma. KGBio sebagai perusahaan yang berbasis penelitian dan pengembangan (research and development) menyediakan produk biologi dan imunonkologi dan produk biosimilar.

Direktur Kalbe Farma, Sie Djohan mengatakan, masuknya General Atlantic mampu membuka peluang KGBio untuk mendapatkan partner dalam mempercepat ekspansi bisnis. Ia yakin KGBio mendapatkan akses dan eksposur kepada expertise, jaringan, dan investasi internasional.

"Ini akan mempercepat upaya kami untuk membawa KGBio ke level berikutnya,” kata Djohan.



Managing Director dan Head of India & SouthEast Asia di General Atlantic, Sandeep Naik berharap, dengan melakukan investasi pada modal inti, General Atlantic dapat bekerja sama dengan Kalbe Farma dan Genexine untuk memajukan misi ini.

"Melalui momentum kerja sama ini, kami yakin KGBio berada pada posisi yang tepat untuk menjadi perusahan produk biologi terkemuka di kawasan Asia-Pasifik seiring dengan perkembangan perusahaan," ujar Sandeep.

KGBIo adalah perusahaan patungan alias joint venture antara Kalbe Farma dengan Genexine, perusahaan bioteknologi uji klinik asal Korea Selatan. Genexine menilai, kerja sama kedua perusahaan ini, sukses menghadirkan inovasi bioteknologi global.

"Kami berharap aliansi ini akan membawa kami lebih dekat pada tujuan perusahaan," kata CEO Genexine yang juga komisaris KGBio, Sung Young-Chul.

Adapun saham Kalbe Farma turun 5,56 % dihitung sejak awal 2021, menjadi Rp 1.530 per saham pada perdagangan Rabu (27/1) pukul 13.47 WIB. Penurunan ini sebenarnya tidak sejalan dengan langkah vaksinasi Covid-19 yang dilakukan pemerintah dengan ujung tombak perusahaan farmasi, termasuk swasta sebagai distributornya.

Analis Penyelia Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan penurunan harga saham farmasi memang wajar terjadi karena sebelumnya memang mengalami kenaikan signifikan. Karena kenaikan yang signifikan ini, membuat valuasi harga sahamnya tidak menarik lagi.

Agar valuasinya menarik dan sesuai dengan harga sahamnya, maka kinerja keuangan perusahaan harus juga bagus. "Pada akhirnya, emiten harus bisa menunjukkan kinerja keuangannya selaras dengan ekspektasi market," kata Janson beberapa waktu lalu.

Meski begitu, ia menilai masih ada sentimen baik yang membayangi pergerakan harga saham sektor farmasi, yaitu distribusi vaksin Covid-19 yang baik. Ia melihat, saat ini distribusi vaksin masih jauh dari sempurna karena ada kendala logistik.

"Selama investor tidak melihat ada kendala logistik (mulai dari mata rantai pemasok dan fasilitas pendingin), there is huge upside untuk farmasi," kata Janson.

Reporter: Ihya Ulum Aldin