Bursa Suspensi Saham Bumi Arta Usai Naik 142% Karena Dilirik Sea Group

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
18/2/2021, 10.34 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) sejak perdagangan Kamis (18/2). Suspensi tersebut dilakukan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan dalam saham itu.

"Dalam rangka cooling down, BEI memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan saham Bank Bumi Arta," seperti dikutip dari Pengumuman BEI bertandatangan Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M Panjaitan, Kamis (17/2).

Penghentian sementara perdagangan saham berkode BNBA tersebut dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai. Tujuannya, untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham tersebut.

"Para pihak yang berkepentingan diharapkan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan," dikutip dari Pengumuman Bursa.

Sejak perdagangan Kamis pekan lalu (11/2), saham Bank Bumi Arta selalu naik hingga 25%. Secara kumulatif, saham ini sudah mengalami kenaikan hingga 142,7% menjadi di harga Rp 1.165 per saham pada perdagangan kemarin sebelum disuspensi.

Kenaikan ini, sejalan dengan kabar induk usaha e-commerce Shopee, yakni Sea Group, tertarik untuk mengakuisisi bank tersebut. Berdasarkan sumber Katadata.co.id dan D-Insights berambisi untuk menambah lagi kepemilikan di industri perbankan.

Sumber tersebut mengatakan, ada dua bank potensial yang membuat Sea Group tertarik. Bank potensial lainnya adalah PT Bank Capital Tbk (BACA). Sea Group saat ini sebenarnya secara tidak langsung telah menguasai saham PT Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE).

Meski begitu, kedua bank yang diisukan bakal dicaplok oleh Sea Group tersebut mengaku belum mengetahui soal kabar tersebut. "Perseroan juga baru mengetahui berita dimaksud dari media atau surat kabar," kata Presiden Direktur Bank Bumi Arta Wikan Aryono melalui keterbukaan informasi.

Ketertarikan Sea Group mengakuisisi bank lagi, merupakan bagian dari ambisi perusahaan untuk memperluas bisnis perbankan digital di pasar Tanah Air. Akuisisi tahap kedua juga sejalan dengan permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada investor untuk mengakuisisi dua bank sekaligus untuk mempercepat konsolidasi perbankan.

Sumber tersebut menyebutkan, OJK meminta Sea Group untuk membeli unicorn sebagai pengganti perusahaan cangkang alias special purpose vehicle (SPV). Hingga perdagangan hari ini, Bank Capital memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 3,35 triliun. Sementara market cap Bank Bumi Arta mencapai Rp 1,39 triliun.

Per Desember 2020, pemegang saham Bank Capital terdiri dari PT Delta Indo Swakarsa (13,9%), PT Inigo Global Capital (14,73%), PT Asuransi Simas Jiwa-Simas Equity Fund 2 (10,95%), dan publik (60,35%).

Berdasarkan laporan keuangan hingga triwulan III 2020, Bank Capital memiliki modal inti senilai Rp 1,47 triliun, artinya bank ini sudah berada di atas ketentuan OJK tahun lalu untuk meningkatkan modal inti.

Adapun, penyaluran kredit Bank Capital pada periode tersebut senilai Rp 11,64 triliun, naik 29% jika dibandingkan dengan capaian pada triwulan III tahun sebelumnya. Sementara laba Bank Capital mencapai Rp 60,46 miliar, turun 24,4% secara tahunan.

Sebagai perbandingan, kredit Bank Bumi Arta hingga September 2022 mencapai Rp 4,66 triliun atau turun 5,2% secara tahunan. Perusahaan membukukan laba bersih hingga Rp 30,45 miliar, turun 18,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Total modal inti Bank Bumi Arta mencapai Rp 1,51 triliun pada akhir kuartal III 2020. Artinya, bank ini juga telah memenuhi ketentuan modal dari OJK per akhir 2020 di atas Rp 1 triliun.

Adapun, pemegang saham Bank Bumi Arta hingga Desember 2020 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia adalah PT Surya Husada Investment (45,45%), PT Dana Graha Agung (27,27%), PT Budiman Kencana Lestari (18,18%), dan publik (9%).

Meski kedua bank telah memiliki modal inti di atas ketentuan OJK pada 2020, namun keduanya masih membutuhkan tambahan modal lagi untuk mengikuti peraturan OJK 2021 di mana minimal modal inti Rp 2 triliun. Salah satu caranya adalah mendapatkan suntikan modal dari investor.

Yang jelas, akuisisi bank tersebut merupakan keseriusan Sea Group dalam menjalankan bisnis bank digital. Keseriusan tersebut timbul setelah mendapatkan lisensi bank digital dari Monetary Authority of Singapore (MAS) pada Desember 2020.

Sea Group akan bersaing dengan Gojek yang sudah memiliki 22% saham di PT Bank Jago Tbk (ARTO) melalui anak usahanya. Pasalnya, keduanya memiliki ekosistem bisnis digital di luar bank yang dapat mendukung pertumbuhan.

Sea Group memiliki bisnis e-commerce melalui Shopee dan mendominasi pasar game melalui anak perusahaannya, Garena. Sedangkan Gojek memiliki bisnis pembayaran digital Gopay, layanan pesan-antar makanan, dan bisnis kendaraan umum berbasis online.

Jika Gojek bergabung dengan Tokopedia, persaingan industri bank digital dan e-commerce akan dipusatkan pada dua kubu: Sea Group versus entitas gabungan Gojek-Tokopedia.